Proyek tambang emas di Gunung Tumpangpitu, Banyuwangi. (BP/udi)
BANYUWANGI, BALIPOST.com – Tambang emas di Gunung Tumpangpitu, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, mulai beroperasi. Meski baru beberapa bulan, proses produksinya lumayan besar. Per Minggu, rata-rata menghasilkan sekitar 5 juta dollar AS atau sekitar Rp 300 miliar per bulan.

Jumlah produksi ini akan terus digenjot tahun 2018. “Kita baru mulai produksi Maret kemarin. Jadi, kapasitas produksi baru sekitar 80 persen. Transaksinya sekitar 5 juta dollar AS per minggu,” kata Arief Irmas Djaafara, Direktur PT Bumi Suksesindo (BSI), investor tambang emas Tumpangpitu di Banyuwangi, Kamis (26/10).

Pria ini menjelaskan, target produksi mencapai 10.000 ons per tahun. Namun, sejak beroperasi, pihaknya baru bisa memproduksi sekitar 45 kilogram per minggu. Kemudian, naik menjadi 70 kilogram per minggu. Ditargetkan, tahun depan bisa tembus hingga 700 kilogram per Minggu. Produksi emas di Tumpangpitu kata dia masih berbentuk bulion. Namun, sekitar 80 persennya mengandung emas. Bulion ini dikirim ke PT Antam untuk dilakukan pemisahan. ” Jadi, kami tidak produksi emas langsung. Hanya bulion,” jelasnya.

Baca juga:  Dua Desa Terendam Banjir

Kini, pihaknya masih terus melakukan evaluasi dan perbaikan untuk menggenjot proses produksi. Dari nilai produksi tersebut, pihaknya mentargetkan akan kembali modal sekitar 2-3 tahun ke depan. Sayangnya, Arief enggan membeberkan angka pasti nilai investasi yang ditanamkan di Banyuwangi ini. ” Yang jelas triliunan rupiah,” ungkapnya.

Pihaknya mengklaim tambang emas ini murni milik nasional. Meski sudah go publik ke pasar modal. ” Yang membanggakan, Pemkab Banyuwangi punya golden share atau saham. Kini, nilainya sekitar Rp 500 miliar atau 6,7 persen,” jelasnya.

Baca juga:  Inmendagri Baru Atur Libur Nataru, Ini Bedanya dengan Aturan Sebelumnya

Nantinya, saham milik Pemkab itu akan menerima deviden setelah rapat umum pemegang saham (RUPS). Menurut Arief, nominal deviden yang akan diterima Pemkab Banyuwangi tergantung hasil RUPS. ” Tahun depan baru kita lihat profitnya. Setelah itu, bisa dihitung deviden berdasarkan RUPS,” jelasnya.

Saham tambang emas Tumpangpitu kata dia juga naik terus di pasar modal. Dari awal diluncurkan hanya Rp 2000 per lembar, kini sudah naik ke level Rp 2400 per lembar. Nilai saham ini dipastikan akan terus naik seiring proses produksi di Tumpangpitu. Arief menjamin seluruh produksi dan profit perusahaan tambang emas ini bisa dilihat publik. Sehingga, warga Banyuwangi bisa melihat nilai saham yang ada di tambang emas ini. Selama masa produksi, pihaknya masih mempekerjakan 1500 orang. Dari jumlah itu, 70 persen adalah warga lokal. Selain tenaga kerja, Arief mengklaim multiflayer efek dari hadirnya tambang emas tersebut. ” Ekonomi bisa ikut tumbuh di sekitar tambang,” klaimnya. (budi wiriyanto/balipost)

Baca juga:  Dianggap Berhasil, PDIP Kembali Gelar Try Out Serentak
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *