
TABANAN, BALIPOST.com — Ketersediaan stok darah di Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kabupaten Tabanan per 23 Desember 2025 dalam kondisi aman namun terbatas. Dengan total stok sebanyak 222 kantong, persediaan darah diperkirakan hanya mampu mencukupi kebutuhan layanan transfusi selama sekitar satu pekan, sementara kebutuhan ideal per bulan mencapai kurang lebih 600 kantong darah.
Berdasarkan data UTD PMI Tabanan, stok darah didominasi oleh komponen Packed Red Cell (PRC) sebanyak 218 kantong, dengan rincian golongan darah A 39 kantong, B 39 kantong, O 118 kantong, dan AB 22 kantong. Sementara itu, Trombocyte Concentrate (TC) tersedia sangat terbatas, hanya empat kantong, masing-masing dua kantong golongan darah B dan O. Adapun komponen Whole Blood dan Liquid Plasma saat ini nihil stok.
Kepala UDD PMI Kabupaten Tabanan, dr. Nyoman Gede Sumardika, mengatakannya permintaan darah paling tinggi masih didominasi oleh golongan darah O. Kondisi ini sejalan dengan karakteristik golongan O yang bersifat donor universal sehingga paling banyak digunakan dalam situasi darurat.
“Dengan stok yang ada sekarang, kurang lebih hanya cukup untuk satu minggu. Kebutuhan sebulan rata-rata mencapai 600 kantong, sehingga kami harus terus menjaga ketersediaan,” ujarnya, Kamis (25/12).
Ia menambahkan, apabila stok darah mulai menipis seperti yang kerap terjadi pada periode tertentu di tahun-tahun sebelumnya, PMI Tabanan akan melakukan langkah jemput bola dengan menghubungi pendonor secara langsung. Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan kelompok donor melalui surat resmi serta komunikasi intensif kepada ketua kelompok.
“Pendekatan personal melalui telepon cukup efektif, terutama kepada pendonor rutin,” jelasnya.
Dan untuk memberikan apresiasi terhadap partisipasi masyarakat, dimana sepanjang tahun 2025, jumlah pendonor darah di Kabupaten Tabanan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, PMI Tabanan tahun ini juga menggulirkan program khusus berupa bingkisan sembako bagi pendonor yang telah mendonorkan darahnya sebanyak 10 kali, 25 kali, 50 kali hingga 75 kali.
“Ini bentuk penghargaan dan motivasi agar pendonor tetap konsisten,” kata Sumardika.
Terkait pengembangan program inovasi untuk meningkatkan partisipasi pendonor ke depan, pihaknya menyebut masih menunggu arahan dari kepengurusan PMI yang baru terbentuk. Keberlanjutan program bingkisan maupun inovasi lainnya juga akan disesuaikan dengan ketersediaan anggaran, baik dari bantuan pemerintah daerah maupun dana hibah.
“Kami menyesuaikan dengan alokasi dana yang tersedia. Prinsipnya, PMI tetap berupaya menjaga stok darah agar pelayanan transfusi bagi masyarakat tidak terganggu,” pungkasnya.(Puspawati/balipost)










