Pengendara sepeda motor berusaha menerobos luapan air yang terjadi di Jalan Gunung Tangkuban Perahu, Denpasar, Minggu (14/12). Hujan berkepanjangan yang mengguyur membuat beberapa titik di wilayah Kota Denpasar terendam air. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hujan ekstrem sejak 11 Desember 2025 akibat dari Bibit Siklon Tropis 96S telah mengakibatkan genangan air hampir di seluruh kabupaten/kota di Bali. Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya mengungkapkan dampak hujan ekstrem pertama terjadi di Kabupaten Karangasem.

Keesokan harinya dampak hujan ekstrem meluas ke Kota Denpasar dan Badung. Kemudian hari ketiga kembali meluas ke Gianyar dan Jembrana. Ancaman dampak hujan ekstrem ini, diungkapkan masih berpotensi terjadi beberapa hari ke depan.

“Karangasem pertama cukup banyak, 50 KK terdampak ada dua sekolah terdampak kemudian ada tembok sekolah jebol karena sungainya meluap akibat hujan cukup lebat. Kemudian di Denpasar sendiri 20 titik, di Badung 14 titik. Jadi cukup banyak walaupun tidak sebanyak pada bulan September (10 September 2025,red), dan itu titiknya berbeda karena karakter hujanya berbeda,” ujarnya, Selasa (16/11).

Baca juga:  Rumah Ditempati Sepasang Lansia Terbakar

Pada saat banjir di Bulan September 2025 lalu, hujan ekstrem terjadi di hulu di daerah aliran Sungai Badung dan Sungai Mati sehingga banjir pada September kebanyakan terjadi di pinggir luapan sungai. Sedangkan banjir saat siklon tropis berbeda karakternya banyak terjadi di perumahan yang tergenang karena hujan bergerak ke arah selatan.

Teja mengatakan salah satu langganan banjir di kawasan Jalan Dewi Sri, Legian, Badung disebabkan daya dukung lingkungan yang belum siap dan drainasenya belum sesuai dengan kemampuan mengalirkan air dengan baik.

“Tata ruangnya, sistem drainasenya, juga masalah termasuk di Sanur itu langganan juga sebenarnya. Jadi memang perlu rekayasa sistem drainase untuk mengantisipasinya karena curah hujannya tinggi pada musim hujannya,” ungkapnya.

Sementara untuk banjir yang terjadi di Batuan, Gianyar sebetulnya bukan banjir yang pertama kali. Teja mengatakan, tempat kajian wilayah peta banjir sudah tersedia jika ada banjir di peta tersebut. Namun, saat ini eskalasi air meningkat. Apabila dulu biasanya di bawah lutut, namun sekarang setinggi pinggang orang dewasa.

Baca juga:  Kedua Kalinya Gubernur Jatim Positif COVID-19, Jalani Isoman

Selain Jembrana dan Gianyar, diungkapkan bahwa Buleleng juga mengalami genangan air. Namun dalam skala genangan kecil. Teja menekankan memang perlu rekayasa tata ruang dan sistem drainase untuk mengantisipasi banjir akibat curah hujan.

Teja mengatakan pemulihan banjir di Bali belakangan ini relatif dilakukan satu hari. Tergantung bagaimana curah hujannya. Jika hujannya segera berhenti, maka air bisa surut dengan cepat.

“Pengalaman yang Denpasar kan hujan satu malam full hujan, air naik, dan paginya hujan berhenti. Waktu berhenti air perlahan surut. Sorenya sudah bisa beraktivitas. Kalau lanjut hujannya ya nambah,” sebut Teja.

Teja mengungkapkan selama 3 hari terjadi bencana, BPBD Bali mencatat ada satu orang WNA meninggal dunia di Canggu dan kini masih dilakukan proses identifikasi. Sementara untuk warga khususnya di Padangsambian, Denpasar cukup banyak yang terdampak yaitu 191 KK. Namun mereka tidak mengungsi.

Baca juga:  HUT TNI, Kodam IX/Udayana Gelar "Run for Bali"

Kemudian wisatawan lebih dari 150 orang terdampak. Namun mereka juga tidak mengungsi. Hanya pindah penginapan, dan ada yang check out karena waktu liburnya sudah berakhir. Ada juga yang memangkas waktu liburnya di Bali akibat banjir.

Teja menegaskan bahwa meskipun Bibit Siklon Tropis 96S menjauh dari Khatulistiwa, tetapi berdampak secara tidak langsung meningkatkan curah hujan dan angin kencang. Situasi ini berpotensi terjadi hingga 18 Desember 2025.

Atas kondisi ini, pihaknya menghimbau masyarakat untuk selalu waspada dan dapat mengambil langkah antisipatif agar aktivitas harian tetap dapat berlangsung aman dan lancar. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN