Prajuru Desa Adat Banyuasri saat berdialog dengan pihak MDA Bali, di Kantor MDA Bali, Rabu (10/12). (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Warga Desa Adat Banyuasri, Buleleng mendatangi Kantor Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali, Rabu (10/11). Sebanyak 70 warga yang dikomandoi Kelian Desa Adat Banyuasri, Nyoman Mangku Widiasa datang untuk meminta jawaban MDA Bali soal “ngadegang” Bendesa Adat Banyuasri terpilih sejak 4 tahun lalu.

Apalagi, dari segi hukum Desa Adat Banyuasri menang gugatan dari pihak penggugat di tingkat kasasi.

Kehadiran warga diterima oleh Penyarikan Agung MDA Bali, I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, bersama Bidang Hukum MDA Bali, Jro Mangku Nyoman Sutrisna dan Dewa Made Suarta.

Baca juga:  Koster Ingatkan Pemadaman Listrik Tak Berlanjut saat Umat Hindu Rayakan Kuningan

“Kami datang ingin meminta jawaban daripada MDA Provinsi Bali soal surat keputusan yang bersifat final dan mengikat tentang permasalahan ngadegang atau pemilihan Bendesa Adat Banyuasri yang selama hampir 4 tahun tidak dikeluarkan pengukuhan,” ujar Kelian Desa Adat Banyuasri, Nyoman Mangku Wisiasa.

Dikatakan, selama proses hukum berlangsung Desa Adat Banyuasri tidak pernah ribut atau pun gaduh. “Sedangkan kami di Desa Adat Banyuasri tidak ada namanya keributan. Sejak proses peradilan kami dituntut, kami sudah tiga lembaga peradilan dikatakan kami sah, di Mahkamah Agung, kasasi kami sah,” tegasnya.

Baca juga:  Dari Bupati Badung Keluarkan SE PPKM hingga Balapan Liar dan Tajen Masih Marak

Meskipun telah disahkan, dikatakan bahwa MDA Bali mengeluarkan surat keputusan pembatalan ngadegang Bendesa Adat Banyuasri yang menang.

“Kami hadir di sini untuk minta pertanggungjawabannya atas keputusan yang dikeluarkan oleh MDA provinsi. (Keputusan,red) tentang pembatalan. Pembatalan pemilihan bendesa adat di Desa Adat Banyuasri, Kecamatan Buleleng,” tegasnya.

Padahal, lanjutnya paruman-paruman dan petunjuk dari MDA Bali sudah dijalankan. “Kami sudah undang beliau yang terhormat, Ida Pengelisir, tapi beliau bohong, tidak pernah hadir. Sudah tidak pernah hadir. Tidak pernah hadir di Desa Adat kami,” ujarnya. (Ketut Winata/balipost)

Baca juga:  Harga Rumput Laut Nusa Penida Cetak Rekor Tertinggi
BAGIKAN