
JAKARTA, BALIPOST.com – Presiden Prabowo Subianto mengenang sejarah Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 saat Upacara Ziarah Nasional dan Renungan Suci Hari Pahlawan di Taman Makam Pahlawan Utama Nasional Kalibata, Jakarta, Minggu tengah malam (10/11).
Dikutip dari Kantor Berita Antara, Presiden Prabowo menyebut pahlawan-pahlawan gugur saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia dalam Pertempuran Surabaya.
“Pada tahun 1945, 10 November, para pahlawan telah dengan berani melawan kekuatan asing yang begitu besar, terutama kekuatan Inggris, pemenang Perang Dunia II. Dengan perlawanan, pengorbanan yang begitu besar, mereka telah mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia,” kata Presiden Prabowo di atas altar Tugu Garuda Pancasila, TMP Kalibata, Jakarta.
Presiden Prabowo, dalam kesempatan yang sama, kemudian mengajak seluruh peserta upacara untuk mengenang kembali jasa-jasa dan perjuangan para pahlawan, dan mendoakan arwah mereka yang telah gugur karena membela bangsa dan negara.
“Marilah kita mengenang arwah dan jasa para pahlawan yang telah gugur membela kemerdekaan, kedaulatan, dan kehormatan bangsa Indonesia, khususnya mereka-mereka yang gugur dalam perlawanan terhadap kekuatan asing yang mendukung penjajah kembali bangsa Indonesia oleh bangsa asing,” ujar Presiden Prabowo.
Kemudian, Presiden Prabowo mengingatkan untuk jangan pernah melupakan jasa-jasa para pahlawan.
“Janganlah kita sekali-sekali melupakan jasa mereka, kepahlawanan mereka,” kata Presiden Prabowo.
Upacara Ziarah Nasional dan Renungan Suci di TMP Kalibata dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto, yang didampingi oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Upacara itu diikuti oleh hampir seluruh jajaran Kabinet Merah Putih, pimpinan lembaga, dan kepala badan, pimpinan TNI dan Polri.
Para pejabat negara itu, kecuali dari TNI dan Polri, seluruhnya mengenakan setelan jas, yang merupakan pakaian sipil lengkap (PSL), dengan dasi berwarna biru dan kopiah hitam.
Upacara berlangsung pada pukul 23.45 WIB dan berakhir pada pukul 23.56 WIB. Presiden Prabowo meninggalkan lokasi upacara pada malam pergantian hari, yaitu saat jam telah memasuki hari Senin, 10 November.
Pertempuran Surabaya antara para pejuang dan tentara Indonesia melawan pasukan sekutu dari Inggris turut dipicu dengan adanya aksi perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Kota Surabaya, Jawa Timur, oleh para pemuda, dan tewasnya pimpinan pasukan Inggris di Jawa Timur, Brigjen Mallaby.
Pasukan sekutu kemudian mengeluarkan ultimatum kepada para pejuang untuk menyerah. Namun, ultimatum itu membuat rakyat marah. Pasukan rakyat melawan tentara sekutu berlangsung selama kurang lebih 3 minggu.
Dalam pertempuran itu, Bung Tomo yang memimpin salah satu pasukan rakyat, berpidato di hadapan para pejuang-pejuang dengan mengeluarkan semboyan yang terkenal hingga saat ini: “Merdeka atau Mati!”
Berikut petikan pidato Bung Tomo saat Pertempuran Surabaya yang membakar semangat para pejuang:
“Saudara-saudara rakyat Surabaya… siaplah keadaan genting! Tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: Merdeka atau mati!” (kmb/balipost)










