Pertemuan Koordinasi dan Kerjasama Lintas Sektor yang digelar di Ruang Rapat Unit IV Kantor Bupati Buleleng. (BP/Yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Buleleng terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. Menyikapi hal ini, Pemerintah Kabupaten Buleleng berupaya memperkuat langkah pencegahan melalui kolaborasi lintas sektor.

Upaya tersebut diwujudkan dalam Pertemuan Koordinasi dan Kerjasama Lintas Sektor yang digelar di Ruang Rapat Unit IV Kantor Bupati Buleleng.

Kegiatan ini membahas pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan (KTP), Kekerasan terhadap Anak (KTA), Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH), serta Perkawinan Anak. Pertemuan ini juga menjadi bagian dari penguatan program Kabupaten Layak Anak (KLA).

Baca juga:  IPM Bali Meningkat, Tertinggi di Kabupaten Ini

Berbagai pihak hadir dalam forum tersebut, mulai dari perangkat daerah, lembaga pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, hingga sejumlah organisasi masyarakat yang bergerak di bidang perlindungan perempuan dan anak. Kehadiran beragam unsur ini diharapkan dapat memperkuat koordinasi dan membangun sistem perlindungan yang lebih responsif di tingkat daerah.

Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP2KBP3A) Kabupaten Buleleng, Made Supartawan, mengatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah daerah untuk menciptakan lingkungan yang aman dan ramah bagi anak.

Baca juga:  Kasus LPD Kekeran, Puluhan Saksi dan Tiga Tersangka Diperiksa

“Kebijakan Kabupaten Layak Anak diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Pemerintah daerah berkomitmen memastikan setiap anak memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh, dan berkembang dalam suasana yang aman serta bebas dari kekerasan,” ujar Supartawan, Kamis (30/10).

Ia menegaskan, anak merupakan aset penting yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia di masa depan. Tanpa perlindungan yang memadai, anak-anak berisiko tumbuh menjadi generasi yang lemah dan tidak produktif.

Baca juga:  Perkara Korupsi Meningkat di Bali

Supartawan juga menyoroti berbagai tantangan dalam upaya perlindungan anak saat ini, termasuk maraknya kekerasan dalam rumah tangga serta meningkatnya kebiasaan merokok di kalangan pelajar.

“Karakter anak-anak sekarang mungkin berbeda dengan dulu, tapi kita semua harus siap beradaptasi dan memperkuat kerja sama lintas sektor agar perlindungan anak semakin optimal,” tandasnya. (Yudha/balipost)

 

BAGIKAN