Penyelenggaraan SLG tahun 2025 oleh BMKG di Gedung Mall Pelayanan Publik (MPP) Kabupaten Gianyar , Jl. Raya Buruan, Buruan, Kecamatan. Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Kamis (9/10). (BP/jay)

GIANYAR, BALIPOST.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyelenggarakan Sekolah Lapang Gempabumi (SLG) Tahun 2025 di Gedung Mall Pelayanan Publik (MPP) Kabupaten Gianyar , Jl. Raya Buruan, Buruan, Kecamatan. Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Kamis (9/10).

Kegiatan ini merupakan momentum penting dalam satu dekade pelaksanaan program edukasi kebencanaan.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami. Tetapi juga menjadi ajang refleksi atas berbagai capaian serta tantangan yang dihadapi dalam membangun budaya sadar bencana di Indonesia.

“Pelaksanaan SLG Tahun 2025 mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Gianyar, sebagai bentuk nyata kolaborasi antar lembaga dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana. Apresiasi dan rasa terima kasih kami sampaikan atas komitmen yang terus ditunjukkan pemerintah daerah dalam mendukung program-program peningkatan kapasitas masyarakat,” kata Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Badung, Cahyo Nugroho.

Dia menyampaikan kerja sama seperti ini menjadi pondasi penting dalam menghadapi potensi bencana alam yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini mengingat bahwa Indonesia, termasuk Pulau Bali, utamanya Kabupaten Gianyar berada di kawasan rawan gempa bumi akibat kondisi tektonik yang kompleks.

Baca juga:  Seluruh Desa di Selat Masuk Zona Merah Bencana Longsor

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009, BMKG memiliki peran strategis dalam pengamatan, pengolahan, dan diseminasi informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Terkait bencana gempa bumi dan tsunami, BMKG bertugas memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebagai bagian dari sistem penanggulangan bencana nasional.

Dia juga menjelaskan dalam menjalankan peran tersebut, BMKG bergerak dari hulu ke hilir, mulai dari pengamatan fenomena geofisika, analisis risiko, hingga penyampaian informasi secara cepat dan akurat. Keandalan sistem Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang telah beroperasi sejak tahun 2008 menjadi komponen vital dalam mendukung upaya penyelamatan masyarakat dari potensi tsunami.

Ditambahkan, secara geografis, Bali termasuk dalam kawasan seismik aktif dunia. Pulau ini berada pada zona subduksi lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia, dengan keberadaan patahan naik busur belakang Flores di bagian utara dan sejumlah sesar aktif di daratan, termasuk di wilayah Gianyar.

Baca juga:  Tim Aerobatik TNI Pukau Pengunjung BIAS 2024

Berkaca dari peristiwa gempa bumi yang terjadi pada 7 September 2024, dengan magnitudo M 4,9, menjadi pengingat akan tingginya potensi bencana di kawasan ini. Gempa yang terjadi pada pukul 09:51:44 WITA tersebut, mengakibatkan kerusakan bangunan di beberapa wilayah, tidak hanya di Gianyar, tetapi juga di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.

Kejadian ini menunjukkan pentingnya pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat. Pengetahuan mengenai tanda-tanda alam, jalur evakuasi, hingga latihan simulasi secara rutin menjadi elemen penting dalam mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian harta benda.

Sebagai respons terhadap kebutuhan peningkatan kapasitas masyarakat, BMKG menyelenggarakan SLG sebagai program edukasi yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kesiapsiagaan warga yang tinggal di wilayah rawan bencana.

Dalam perjalanannya selama satu dekade, kata dia, SLG telah menjadi wadah yang efektif dalam membangun sinergi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, institusi pendidikan, komunitas, serta masyarakat umum.

Dengan demikian, momentum satu dekade SLG bukan sekadar perayaan, tetapi juga menjadi waktu yang tepat untuk melakukan refleksi atas capaian yang telah diraih dan tantangan yang masih dihadapi. Apa yang sudah baik harus dijaga dan ditingkatkan. Sementara itu, hal-hal yang masih perlu dibenahi harus menjadi fokus perbaikan ke depan.

Baca juga:  PPKM di Bali Berlanjut, Inmendagri No. 16 Tahun 2022 Berlaku

Dalam era informasi yang serba cepat dan tantangan kebencanaan yang semakin kompleks, dibutuhkan sistem edukasi yang adaptif, jangkauan yang lebih luas, serta koordinasi yang semakin kokoh antar pemangku kepentingan.

SLG 2025 mengusung tema “Satu Dekade SLG”, yang diharapkan menjadi titik awal semangat baru dalam membentuk masyarakat yang lebih siap, sigap, dan berdaya tanggap terhadap bencana. Budaya sadar bencana bukan hanya menjadi pengetahuan, tetapi harus menjadi bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari.

“Semoga upaya bersama ini dapat terus memberikan manfaat besar bagi keselamatan masyarakat, dan menjadi bagian dari kontribusi nyata kita dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih tangguh dan sadar akan pentingnya kesiapsiagaan bencana,” harapnya. (Pramana Wijaya/balipost)

BAGIKAN