Pengerukan sedimentasi Sungai Badung di Jalan Pulau Biak untuk mengantisipasi banjir di musim penghujan. (BP/istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk mengantisipasi banjir di musim penghujan pada November nanti, penataan dan percepatan pengerukan sungai dipercepat. Setelah pengerukan di sekitar Pasar Badung, pengerukan dilakukan di Jalan Pulau Roon, Jalan Pulau Biak dan Loloan – Penyaringan.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA), Ngurah Artha, Rabu (8/10) mengatakan, penataan sungai bukan kali pertama dilakukan sehingga PUPR telah memiliki metode percepatan yang digunakan untuk mengantisipasi hujan besar di bulan November. Penataan sungai telah dilakukan tiga kali. Pertama di taman, di bawah Pasar Kumbasari, kedua di taman Kresek dan dekat BCA. “Sehingga penataan sungai sekaligus pengerukan ini merupakan lanjutan dari proyek sebelumnya,” ujarnya.

Baca juga:  Belasan Cakel Petahana Ditumbangkan Pendatang Baru

Perkuatan – perkuatan senderan telah dilakukan di beberapa titik rawan di sungai Badung, terutama di sayap-sayap sungai. Meski demikian dalam penataan tersebut diakui tidak mengurangi penampang basah (luas area aliran yang langsung bersentuhan dengan air sungai). “Tanah yang sudah ada, kita tata dengan menggunakan beton,” ujarnya.

Pada saat awal bencana, pengerukan juga telah dilakukan di belakang RSUD Wangaya, DAM Merta Gangga, Taman Pancing, tukad mati kawasan Monang Maning. “Penataan dan pengerukan di Taman Pancing, trash rack kita bongkar karena itu antisipasi sampah-sampah nyangkit disana. Sementara kita buka dulu, kalau terjadi air besar, jika trash rack tertutup apalagi ditutup sampah, itu akan membuat banjir,” jelasnya.

Baca juga:  Belasan Hektar Lahan di Lereng Bukit Catu Terbakar

Pengerukan dilanjutkan mulai, Selasa (7/10) di Jalan Pulau Roon (Sungai Badung), di Jalan Pulau Biak (Sungai Badung), di Tukad Loloan Penyaringan Sanur. Pengerukan dilanjutkan hari ini Rabu (8/10) dan ditarget selesai 2-3 minggu. Diakui dengan keterbatasan armada, sehingga pengerukan sungai dilakukan secara bertahap (giliran). “Kita turunkan alat berat, sebelumnya kita lakukan manual hasilnya tidak optimal,” tandasnya.

Pengerukan sedimentasi dilakukan tidak lebih dari 1 meter karena jika lebih dari itu, dikhawatirkan dinding atau senderan sungai amblas. “Berapa ukuran batas fondasi sungainya, segitu saja kedalaman pengerukannya,” tukasnya.

Baca juga:  Dampak Hujan Deras Picu Sejumlah Bencana Alam

Dari hasil pengerukan sungai itu, materialnya berupa 90 persen tanah dan 10 persen sampah. Untuk tanah dibawa ke lahan- lahan masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan untuk sampahnya berkerja sama dengan DLHK Denpasar dibuang ke TPA. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN