MANGUPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, menggelar karya Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, dan Atma Wedana yang puncaknya pada Kamis (25/9) lalu. Upacara sakral ini di-puput oleh Ida Pedanda Gede Ngurah Putra Keniten dari Griya Kediri Sangeh, dan diikuti ribuan krama baik dari Desa Adat Kapal maupun umat Hindu di luar desa.
Bendesa Adat Kapal, Ketut Sudarsana, menjelaskan bahwa karya yadnya massal ini merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Untuk tahun 2025, rangkaian upacara mencakup Pitra Yadnya berupa Ngelangkir untuk 147 orang, Ngelungah 24 orang, dan Ngaben 1 orang.
Sedangkan Manusa Yadnya diikuti oleh 161 peserta Bayuh Oton, 84 orang Mapetik, dan 191 orang Matatah. Selain itu, Atma Wedana juga diikuti oleh 149 peserta. “Karya ini bukan hanya untuk warga Desa Adat Kapal tetapi juga terbuka untuk umat Hindu dari luar desa,” ujar Sudarsana.
Pendanaan karya yadnya bersumber dari punia atau iuran sukarela peserta. Untuk upacara Atma Wedana ditetapkan sebesar Rp5 juta per peserta, sedangkan untuk Mapetik, Matatah, dan Bayuh Oton sebesar Rp500 ribu per peserta. Pihak panitia memastikan pertanggungjawaban dana akan disampaikan secara transparan setelah seluruh rangkaian karya selesai.
Sudarsana yang juga bertindak sebagai Ketua Panitia menegaskan bahwa karya yadnya massal ini adalah wujud nyata pelaksanaan awig-awig serta semangat ngayah masyarakat Desa Adat Kapal. Menurutnya, penyelenggaraan yadnya secara massal memberikan keringanan biaya sekaligus mempererat rasa kebersamaan antarwarga.
“Kami sangat bersyukur atas bantuan dan perhatian pemerintah, sehingga karya yadnya ini dapat terlaksana dengan lancar. Kami berharap sinergi ini terus terjaga demi kelestarian adat, agama, tradisi, dan budaya Bali,” ungkapnya.
Karya yadnya massal Desa Adat Kapal mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Badung dan Pemerintah Provinsi Bali. Kehadiran pemerintah dalam kegiatan adat ini menjadi simbol nyata perhatian terhadap pelestarian budaya Bali yang menyatu dengan kehidupan masyarakat Hindu.
Rangkaian yadnya yang dilaksanakan dengan penuh kesakralan ini diharapkan tidak hanya memperkuat spiritualitas masyarakat, tetapi juga menjadi ruang untuk mempertebal solidaritas sosial. Tradisi yang diwariskan turun-temurun ini tetap dijaga dengan semangat ngayah, sehingga dapat terus lestari bagi generasi mendatang. (Parwata/balipost)