
DENPASAR, BALIPOST.com – Pembangunan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU) terus dimatangkan. Proyek yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 ini telah memiliki desain yang mengusung filosofi Tri Hita Karana (THK).
CEO BIBU Panji Sakti, Erwanto Sad Adiatmoko di Denpasar, Bali, Jumat (26/9) menyebutkan BIBU yang dibangun di kawasan Kubutambahan, Buleleng ini dirancang Alien Design Consultant (Alien DC), sebuah perusahaan konsultan desain yang dipimpin Hardyanthony Wiratama.
Dikutip dari Kantor Berita Antara, Erwanto menjelaskan desain bandara mengusung filosofi Tri Hita Karana sebuah kearifan lokal Bali yang menekankan harmoni antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia dengan alam.
Ia ingin bandara ini bukan hanya menjadi gerbang modern dunia ke Bali, tetapi juga sebuah ruang yang hidup dan bernafas dengan kearifan lokal.
“Filosofi Tri Hita Karana kami terjemahkan ke dalam tata ruang, penggunaan material, serta integrasi dengan lanskap alam Bali Utara. Dengan begitu, setiap penumpang yang tiba atau berangkat akan langsung merasakan roh Bali,” katanya.
Erwanto menjelaskan bandara ini menghadirkan konsep modern, futuristik, dan berteknologi tinggi, namun tetap berpijak pada identitas Bali. Terminal dirancang ramah lingkungan dengan sistem energi terbarukan, ventilasi alami, serta integrasi hijau yang menonjolkan harmoni dengan lanskap pegunungan dan laut Buleleng.
Bandara ini diproyeksikan mampu menampung lebih dari 20 juta penumpang per tahun, sekaligus menjadi pusat konektivitas internasional yang mendukung pariwisata, perdagangan, hingga ketahanan pangan nasional.
Sebagai perancang, Alien DC sudah memiliki rekam jejak yang panjang dan kuat di dalam dan luar negeri. Perusahaan ini dikenal menggarap berbagai proyek ikonik, mulai dari gedung perkantoran hijau, pusat transportasi modern, hingga kompleks pariwisata yang berbasis keberlanjutan.
Erwanto membeberkan bandara ini diproyeksikan memiliki dua landasan pacu internasional sepanjang 3.600 meter, yang mampu melayani pesawat berbadan lebar seperti Airbus A380 atau Boeing 777.
Terminal penumpang utama akan menempati area seluas lebih dari 200.000 meter persegi, dengan kapasitas awal 20 juta penumpang per tahun, yang dapat ditingkatkan hingga 50 juta penumpang dalam tahap pengembangan berikutnya.
Selain itu, bandara juga akan dilengkapi terminal kargo modern dengan kapasitas 250.000 ton per tahun, mendukung logistik dan rantai pasok nasional.
Dari sisi ekonomi, kata Erwanto, pembangunan bandara ini diperkirakan menyerap lebih dari 200.000 tenaga kerja langsung maupun tidak langsung.
“Dampaknya tidak hanya meningkatkan pariwisata di Bali Utara, tetapi juga memperkuat akses pasar bagi produk lokal, mempercepat distribusi hasil pertanian, dan membuka peluang investasi baru di sektor perhotelan, transportasi, hingga ekonomi kreatif,” katanya.
Pembangunan Bandara ini sebelumnya masih tarik ulur namun setelah Prabowo menjadi presiden, proyek ini masuk dalam RPJMN 2025-2030 yang disusun Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Kemudian menjadi Perpres No. 12/2025 dan ditandatangani Presiden Prabowo Subianto pada 10 Februari 2025.
Perpres itu merupakan tindak lanjut Presiden Prabowo yang sebelumnya pada 3 November 2024 lalu di Sanur, Bali, berkomitmen membangun North Bali International Airport.
“Kita harus bekerja keras. Kita harus berani berpikir yang besar. Berani berpikir yang orang lain bilang tidak mungkin, kita akan buktikan mungkin,” kata Presiden Prabowo ketika itu. (kmb/balipost)