
MANGUPURA, BALIPOST.com – Sejumlah posko pengungsian yang disiapkan Pemerintah Kabupaten Badung bersama desa dan kelurahan pascabanjir, Rabu (10/9), ternyata tidak banyak dimanfaatkan. Sebagian besar warga terdampak banjir memilih mengungsi di rumah kerabat atau tetap bertahan di sekitar rumah mereka.
Camat Kuta Utara, Putu Eka Permana, Jumat (12/9), menjelaskan, pihaknya sudah menyiapkan posko di masing-masing balai banjar. Namun, faktor keamanan terhadap barang-barang berharga membuat masyarakat lebih memilih mencari tempat aman yang dekat.
“Posko sudah representatif, tapi warga memilih tinggal di kerabat mereka atau dekat rumah. Mereka khawatir meninggalkan barang-barang berharga di rumah,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Lurah Kerobokan Kaja, I Gusti Agung Ngurah Marhaena Yasana Putra. Ia menegaskan, posko tetap siaga sesuai instruksi pemerintah dengan dukungan penuh prajuru adat. Fasilitas seperti dapur umum dan kebutuhan dasar pengungsi juga sudah tersedia.
“Posko di balai banjar sudah siap, prajuru banjar juga bertanggung jawab terhadap warganya. Kami standby di kantor lurah untuk koordinasi, bahkan membuka donasi dari warga yang akan segera kami distribusikan,” jelasnya.
Meski belum banyak dimanfaatkan, pemerintah memastikan kesiapan posko tetap berjalan hingga masa tanggap darurat bencana berakhir pada 16 September mendatang.
Sebelumnya, Bupati Badung, I Wayan Adi Arnawa, mengakui fenomena serupa juga terjadi di wilayah lain. “Kedua, di Banjar Taman Tirta Perumahan Dalung saya lihat ada warga yang rencananya ngungsi, kita siapkan, mereka memilih mengungsi di tempat parkir dekat rumahnya itu. Tapi kita tetap atensi juga terhadap warga seperti itu,” tegasnya.
Menurut Bupati, sebagian warga enggan meninggalkan rumah karena khawatir dengan barang-barang berharga. Sebagian lainnya memilih lokasi aman yang masih dekat agar tetap bisa memantau lingkungan.
“Saya sudah memerintahkan Camat dan BPBD untuk segera menyiapkan posko. Kemarin sebenarnya ada satu warga kita di Kerobokan yang rencananya akan mengungsi, tapi akhirnya sampai sore dia tidak jadi lagi,” ungkapnya. (Parwata/balipost)