Sebuah perahu milik nelayan rusak karena hanyut terbawa banjir di Selemadeg Timur, Tabanan. (BP/Istimewa0

TABANAN, BALIPOST.com – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Tabanan sejak Selasa (9/9) malam, memunculkan kerugian besar di sektor perikanan. Sedikitnya tujuh perahu nelayan serta satu bangunan pengawas di pesisir Kecamatan Selemadeg Timur (Seltim) dilaporkan hanyut setelah diterjang arus banjir.

Data Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan mencatat, dua unit perahu milik nelayan Pantai Beraban, Seltim, hanyut akibat meluapnya Sungai Yeh Hoo. Sementara di Pantai Kelecung, masih di wilayah Seltim, lima perahu, satu bangsal nelayan, dan satu bangunan pengawas berlantai dua ikut terseret banjir usai Sungai Yeh Matoan meluap.

Baca juga:  Bencana Longsor di Cempaga, Dua Tewas Tertimbun

Dari lima perahu yang hilang di Kelecung, dua di antaranya terbawa bersama mesin tempel. Sementara bangunan pengawas yang ambruk diketahui dibangun pada 2016 menggunakan dana alokasi khusus (DAK), dan sejak lama sudah dihibahkan kepada kelompok pengawas nelayan setempat.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Tabanan, I Gede Bogarada, Rabu (10/9) mengungkapkan pihaknya sudah memberikan peringatan dini terkait cuaca ekstrem melalui grup WhatsApp nelayan. Namun derasnya arus yang menghantam aliran sungai menuju laut tetap tidak mampu dibendung. “Perahu yang sudah ditambatkan jauh dari bibir pantai tetap terseret, karena ketinggian banjir mencapai enam meter,” jelasnya.

Baca juga:  Pingsan Saat Berselancar, WN Australia Nyaris Tenggelam

Ia menambahkan, koordinasi dengan BPBD Tabanan sudah dilakukan untuk pencarian perahu yang hilang. Namun, hingga kini hasilnya masih nihil lantaran kondisi cuaca belum sepenuhnya mendukung.

Kerugian akibat peristiwa ini ditaksir tidak kecil. Untuk wilayah Pantai Kelecung saja, nilai kerusakan diperkirakan mencapai Rp 550 juta. Sedangkan di Pantai Beraban, kerugian diperkirakan mencapai Rp 70 juta.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Nelayan Bali, I Ketut Arsana Yasa, menegaskan bahwa tanda-tanda cuaca ekstrem sebenarnya sudah terpantau sejak lima hari terakhir melalui aplikasi perkiraan cuaca. “Awan ekstrim bergerak dari wilayah NTB dan berubah arah pada pukul 23.00 WITA kemarin. Akibat pergerakan awan tersebut, Bali, termasuk Tabanan, menerima curah hujan dengan intensitas cukup tinggi, lebih dari 54 milimeter,” terangnya.

Baca juga:  Sekolah TK Terendam Banjir

Menurut Arsana, dari prakiraan cuaca berbasis aplikasi, puncak hujan ekstrim terjadi Selasa malam hingga Rabu. Sementara, hari berikutnya intensitas hujan diperkirakan mulai mereda, dan dalam lima hari kedepan kondisi cuaca diproyeksikan berangsur terang. (Ngurah Manik/bisnisbali)

BAGIKAN