Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (tengah) didampingi Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kiri) dan Thomas A. M. Djiwandono (kanan) menyampaikan keterangan pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (8/9/2025). Presiden Prabowo Subianto melantik Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati. (BP/Antara)

 

DENPASAR, BALIPOST.com – Presiden RI, Prabowo Subianto telah melantik sejumlah menteri yang baru, Senin (8/9). Pelantikan menteri-menteri baru ini memicu reaksi yang cukup signifikan dari pasar keuangan.

Reaksi muncul saat diumumkannya nama Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati, sosok yang selama ini dikenal sebagai penjaga utama disiplin fiskal Indonesia. Selain itu, juga pergantian Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi ke Ferry Juliantono.

Pelantikan menteri-menteri baru di kabinet Prabowo juga menandai awal arah kebijakan ekonomi yang berbeda dari pemerintahan sebelumnya. Pasar menunjukkan kepekaannya terhadap perubahan ini, khususnya pada posisi strategis seperti Menteri Keuangan.

Meski demikian, reaksi awal tidak serta-merta menggambarkan tren jangka panjang. Konsistensi kebijakan, komunikasi yang jelas, dan kredibilitas pejabat yang ditunjuk akan menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan investor ke depan.

Baca juga:  Disdagprin Ancam Bongkar Pengerjaan Proyek Pasar Tidak Sesuai Bestek

Seperti apa reaksi pasar pasca pergantian para menteri ini?

Menurut sejumlah sumber, reaksi pasar terhadap pengangkatan Purbaya terbilang cepat dan nyata. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung melemah sebesar 1–1,3%, tak lama setelah pengumuman resmi.

Kejatuhan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap arah kebijakan fiskal ke depan, terutama dalam konteks pemerintahan baru yang menekankan agenda belanja sosial dan pertahanan secara masif.

Sedangkan di pasar valuta asing, rupiah sempat mencatatkan penguatan intraday sebesar 0,7%, tertinggi dalam dua bulan terakhir, sebagai bentuk reaksi spontan terhadap kepastian politik.

Namun, kondisi itu tidak bertahan lama. Pada perdagangan berikutnya, rupiah justru melemah lebih dari 1% terhadap dolar AS, memicu langkah intervensi dari Bank Indonesia demi menjaga stabilitas nilai tukar.

Sejumlah analis pasar menyoroti bahwa Purbaya, meskipun berpengalaman di bidang ekonomi dan sebelumnya menjabat sebagai Kepala LPS. Mungkin akan menunjukkan sikap lebih akomodatif terhadap kebijakan fiskal ekspansif Presiden Prabowo.

Baca juga:  Sukseskan ViWI, Kemenpar Gandeng Blue Bird

Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi pelonggaran disiplin anggaran, yang selama ini dijaga ketat oleh Sri Mulyani.

Purbaya berupaya meredakan ketegangan pasar dengan menyampaikan target pertumbuhan ekonomi 8%, dan menekankan pentingnya sinergi antara sektor swasta dan pemerintah. Namun, untuk saat ini, pasar tampaknya masih menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan fiskal ke depan.

Dengan demikian, bisa disimpulankan bahwa pengangkatan Purbaya sebagai Menteri Keuangan direspons negatif oleh pasar. Penurunan IHSG dan volatilitas nilai tukar rupiah mencerminkan ketidakpastian investor dan kekhawatiran akan potensi pelemahan kebijakan fiskal yang selama ini relatif konservatif.

Dampak Pasar terhadap Juliantono

Baca juga:  Diduga, Ini Pemicu Kebakaran Rumah Makan Babi Guling Candra

Berbeda dengan posisi Menteri Keuangan, pergantian di posisi Menteri Koperasi dan UKM tidak menunjukkan reaksi signifikan dari pasar. Ferry Juliantono, yang dilantik pada 8 September 2025 menggantikan Budi Arie Setiadi, belum mencatatkan dampak yang terukur di pasar finansial.

Hal ini bisa dimaklumi, mengingat sektor koperasi tidak secara langsung berpengaruh terhadap IHSG maupun nilai tukar rupiah. Meskipun Ferry dikenal aktif dalam pemberdayaan koperasi seperti dalam inisiatif pembentukan Koperasi Merah Putih yang ditargetkan mencapai 80.000 unit, reaksi pasar terhadap arah kebijakan koperasi umumnya tidak langsung tercermin di indikator finansial utama.

Untuk itu, hingga saat ini, belum ada reaksi pasar yang mencolok terhadap penunjukan Ferry Juliantono. Penilaian pasar terhadap dampak kebijakannya kemungkinan baru akan muncul seiring pelaksanaan program-program konkret di sektor koperasi. (Pramana Wijaya/balipost)

BAGIKAN