
DENPASAR, BALIPOST.com – Sehari setelah peringatan Hari Saraswati atau hari turunnya ilmu pengetahuan, Sabtu, Umat Hindu di Bali menyelenggarakan kegiatan malukat (pembersihan).
Ribuan Umat Hindu pun tampak memadati Pantai Mertasari pada Minggu (7/9) yang bertepatan dengan Hari Banyupinaruh dan Purnama. Prosesi Panglukatan Agung di Mertasari ini digelar oleh Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Korwil Bali yang dipuput oleh 7 orang sulinggih.
Ketua PSN Korwil Bali, Pinandita I Wayan Dodi Arianta menjelaskan, pesertanya sekitar 5.000 orang yang hadir dalam kegiatan ini. Panglukatan ini kata dia, disebut sebagai panglukatan agung dikarenakan dipuput oleh 7 orang sulinggih.
Dalam prosesi ini umat Hindu mendapatkan tujuh jenis pangelukatan yang meliputi panglukatan Gangga, Siwa Baruna, Wisnu Panjara, Siwa Geni, Budha, Wana Gamana dan Marga Gamana. “Pesertanya sangat ramai. Kami membuat 1.500 karawista langsung habis. Masih banyak yang belum dapat. Pesertanya sekitar 5.000 lebih,” ungkapnya.
Peserta yang mengikuti prosesi ini membawa pejati maupun canang semampunya. Panglukatan Banyu Pinaruh kali ini pun menurutnya sangat istimewa karena bertepatan dengan Purnama Katiga.
Diceritakannya prosesi Panglukatan ini sudah dimulai sejak Saraswati malam, yang pemangku menggelar upacara di tengah laut dengan turut dicelupkan botol yang ditutup ke dalam laut. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan tirta nirmala yang digunakan sebagai salah satu tirta untuk melukat.
Dan keesokannya tepatnya saat Banyu Pinaruh, tirta tersebut kemudian diambil. “Ida Sulinggih memberikan puja untuk tirta nirmala ini dan menjadi salah satu bahan dasar tirta untuk melukat,” paparnya.
Pihaknya menambahkan, selama ini masyarakat selalu ke pantai melukat saat Banyu Pinaruh untuk menghilangkan mala. Dengan panglukatan agung Banyu Pinaruh ini bukan saja menghilangkan mala, namun memperoleh tirta pangweruh agar mendapatkan pengetahuan sejati.
Sementara itu, Ketua PHDI Bali, I Nyoman Kenak saat dikonfirmasi mengatakan, Banyu Pinaruh berasal dari kata Banyu yang bermakna air dan Pinaruh bermakna pengetahuan. “Jadi bagaimana kegelapan pikiran, kekotoran pikiran dibersihkan dengan ilmu pengetahuan,” paparnya. (Widiastuti/bisnisbali)