Pengunjung berada di lokasi Buleleng Festival 2025. (BP/yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Mantan Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana menyoroti perhelatan Buleleng Festival yang resmi dibuka pada Senin (18/8).

Mantan Bupati Dua Periode itu mengomentari soal keberadaan Bulfest 2025. Menurutnya, kegiatan ini harus digelar dengan mengusung tiga prinsip mendasar agar tidak hanya menjadi tontonan semata.

Agus, Selasa (19/8), mengatakan sejak awal, Bulfest 2025 dirancang memiliki tiga tujuan strategis, ada Pelestarian Budaya Lokal, Hiburan untuk masyarakat, hingga promosi wisata Buleleng ke tingkat dunia.

Ia menilai, Bulfest 2025 harus menjadi wadah pelestarian budaya yang menyeluruh mulai dari kesenian tradisional, kerajinan tangan, hingga kuliner khas Buleleng. Menurutnya, partisipasi budaya lokal, terutama dari desa-desa, tidak boleh sekadar tampil. Melainkan harus mampu dilestarikan.

Baca juga:  Oknum Photografer Setubuhi Modelnya yang Masih di Bawah Umur

“Semua lini budaya harus diakomodir, bukan asal tampil. Identitas desa, kerajinan rakyat, hingga kuliner tradisional harus hadir sebagai bagian dari upaya pelestarian.”jelas Agus.

Ia menilai, Festival juga harus memberikan hiburan yang berkualitas bagi masyarakat. Kolaborasi dengan grup musik modern dan seniman nasional tetap penting, selama nilai budaya lokal tetap dikedepankan.

“Hiburan penting, tapi harus tetap berpadu dengan nilai-nilai lokal. Hiburan tidak boleh menggeser budaya.” imbuhnya.

Baca juga:  Buah Naga Buleleng Dilirik Tiongkok

Dulunya, Bulfest sempat masuk dalam kalender resmi Kementerian Pariwisata. Hal ini, menurut Agus, berhasil menarik wisatawan mancanegara ke Buleleng.

“Dulu, ketika sudah masuk kalender nasional, wisatawan tahu kapan datang ke Buleleng. Sekarang, apa yang kita promosikan dulu, sudah terlihat hasilnya.”

Agus juga menyoroti pemilihan jadwal pelaksanaan Bulfest 2025 tahun ini yang dinilainya kurang tepat. Menurutnya, puncak kunjungan wisatawan mancanegara biasanya terjadi pada awal Agustus, bukan pertengahan atau akhir bulan.

“Kenapa tanggal 18? Harusnya awal Agustus. Antara Juli hingga pertengahan Agustus itu masa puncak kunjungan. Lewat dari tanggal 17, tamu-tamu biasanya sudah kembali ke negaranya.”

Baca juga:  Puluhan Topeng Khas Buleleng Hiasi Pameran Bulfest 2025

Lebih jauh, ia menyarankan agar Bulfest dapat diperluas menjadi festival yang melibatkan seluruh kecamatan. Setiap daerah di Buleleng memiliki ciri khas budaya dan seni tersendiri yang harus diangkat.

“Dulu kita punya Gong Dauh-Enjung Dangin, Busungbiu beda, Gerokgak beda. Ini harus dieksplorasi lebih jauh. Jangan sampai Bulfest hanya jadi tontonan di kota, tapi tidak menyentuh desa-desa.” tutupnya. (Nyoman Yudha/balipost)

 

BAGIKAN