
SINGARAJA, BALIPOST.com – Tipat cantok biasa kita temukan di sebagian besar warung kuliner yang ada di Bali. Namun khusus di Buleleng, ada sajian khusus tipat cantok bumbu kuning khas Desa Tinggarsari.
Kuliner ini pun bisa dinikmati masyarakat di stand kuliner Buleleng Festival 2025 ini.
Stand miliki Kadek Oka Armadika ini pun berada tepat persis di depan Gedung DPRD Buleleng, di jalan Veteran Singaraja. Silih berganti masyarakat yang berbelanja mendatangi stand kuliner warga asal Desa Tinggarsari ini.
Mereka mencoba menu olahan tipat cantok bumbu kuning yang jarang ditemui di Kota Singaraja.
Berbeda dari tipat cantok pada umumnya, masakan ini memiliki ciri yang unik dengan warna kuning cerah berasal dari bumbu suna cekuh, campuran bawang putih, kemiri, kunyit, dan kencur.
Oka Armadika menuturkan, kuliner ini biasanya ditemukan oleh masyarakat yang ada di Kecamatan Busungbiu saat menyambut Hari Suci Nyepi.
Ia menjelaskan kuliner ini dipilih karena harganya yang ekonomis dan bisa dijangkau semua kalangan. Satu porsi tipat cantok bumbu kuning lengkap dengan es teh hanya dibanderol Rp 15 ribu.
“Kita saat ini mewakili Kecamatan Busungbiu. Kuliner khas ini kita tampilkan karena memiliki ciri khas yang unik dan menarik. Kalau di Kota Singaraja jarang masyarakat yang tahu,’jelas Oka.
Bahan dasar kuliner ini tidak berbeda jauh dengan tipat cantok pada umumnya. Terdiri dari bahan kacang, bawang putih mentah, cabai, garam, petis, dan gula merah. Hanya saja, Oka memadukan rasa pedas dengan aroma bumbu kunyit sehingga terlihat kekuningan.
“Di Busungbiu, 90 persen pedagang masih tetap menggunakan bumbu kuning. Karena di Busungbiu orang-orang juga pintar buat base gede (bumbu Bali lengkap). Tipat cantok umumnya pakai petis, rasanya mirip ke arah gado-gado. Kalau base kuning ada ciri khas bumbu Bali,”imbuhnya.
Antusiasme masyarakat pun terbukti tinggi. Pada hari pertama pembukaan Bulfest 2025, Senin, 18 Agustus 2025, tipat cantok bumbu kuning ludes terjual bahkan sebelum acara berakhir. Banyak pembeli merupakan warga Busungbiu yang kini berdomisili di luar kecamatan, namun datang ke festival untuk bernostalgia dengan cita rasa kampung halaman.
“Pembeli hari pertama jam 8 malam sudah habis. Ramai peminatnya. Orang-orang Busungbiu menikah keluar, liat sini mereka nostalgia. SKPD ramai, anak-anak kuliahan juga ramai datang,” kata Oka. (Nyoman Yudha/balipost)