
DENPASAR, BALIPOST.com – Bali akan menjadi provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan sistem pembangkit virtual (virtual power plant –VPP) berbasis energi terbarukan secara terintegrasi.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa saat ini, total kapasitas pembangkit di Bali mencapai 1.249 MW, ditambah interkoneksi Jawa–Bali sebesar 270 MW, sehingga total kapasitas daya menjadi 1.519 MW.
Namun, dengan proyeksi beban puncak yang akan mencapai 1.400 MW dan pada awal 2025 pertumbuhan beban tahunan lebih dari 10 persen, penguatan sistem menjadi sangat penting.
VPP berbasis smart grid mulai dijalankan di Bali pada Agustus 2025 dengan kapasitas awal 100 MWp.
Dikatakan, sejumlah langkah-langkah konkret disiapkan PLN antara lain penguatan sistem transmisi internal dari utara–selatan dan timur–barat agar menjadi sistem terintegrasi penuh, serta perluasan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap serta mengembangkan proyek strategis seperti PLTMG/GU, terminal LNG Offshore (FSRU) Bali, PLTS Bali Timur, Barat dan Bali III, SUTET 500 KV Gilimanuk–Antosari, serta Smart PV Rooftop.
“Bali akan menjadi proyek percontohan nasional dalam pengembangan sistem kelistrikan berbasis energi bersih dan kemandirian energi. Untuk itu, PLN telah menyiapkan skema peningkatan keandalan subsistem kelistrikan Bali yang mencakup berbagai langkah konkret,” ujarnya saat bertemu Gubernur Bali, Rabu (30/7).
Darmawan mengutarakan konsep ini akan menjadikan Bali sebagai provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan sistem pembangkit virtual berbasis energi terbarukan secara terintegrasi.
“PLN mendukung penuh visi Bali Mandiri Energi. Kami menyiapkan sistem kelistrikan Bali yang tidak hanya andal, tetapi juga bersih dan modern. Ini akan menjadi model pengembangan energi masa depan Indonesia, dan Bali akan menjadi provinsi pertama yang menerapkan Virtual Power Plant berbasis smart grid,” ungkap Darmawan.
Ia berharap dengan penguatan ini, sistem kelistrikan Bali yang semula terpusat dan rentan akan menjadi lebih tangguh, tersebar, dan adaptif. Pembangkit tidak lagi hanya terpusat di selatan, tetapi tersebar di seluruh wilayah Bali, mendukung pemerataan pembangunan dan akses energi.
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan bahwa sebagai daerah tujuan wisata internasional, Bali memerlukan skema khusus di bidang energi agar pasokan listrik lebih pasti dan berkelanjutan. Hal ini penting demi menjamin stabilitas sektor pariwisata sekaligus menjaga citra Bali sebagai destinasi hijau dan ramah lingkungan di mata dunia.
“Bali sebagai destinasi wisata dunia membutuhkan kepastian pasokan energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Terima kasih atas perhatian dan keseriusan PLN dalam merancang sistem energi bersih jangka panjang untuk Bali. Ini sangat penting untuk melindungi masa depan pariwisata dan lingkungan Bali,” ujarnya. (Ketut Winata/balipost)