Warga membersihkan bangkai ikan di KJA, Danau Batur. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Matinya ribuan ikan di Danau Batur disebabkan fenomena upwelling atau pergerakan massa air dari dasar danau ke permukaan yang membawa senyawa belerang.  Untuk mencegah dampak yang parah, tata kelola keramba di Danau Batur perlu segera dibenahi.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Putu Sumardiana di Denpasar, Kamis (17/7). Menurutnya fenomena upwelling rutin terjadi pada puncak musim dingin dan hujan, yakni antara Juni – Juli, dan terkadang September.

Namun, tahun ini fenomena tersebut diperkirakan berlangsung lebih lama karena dipengaruhi oleh angin kencang dan suhu dingin di sekitar danau. Untuk itu pihaknya menekankan pentingnya pembenahan dalam pengelolaan Danau Batur agar kejadian serupa dapat diminimalkan di masa mendatang.

Baca juga:  Bikin Onar Serta Resahkan Warga, Enam WN Moldova dan Rusia Ditahan

“Pertama, tata kelola Danau Batur harus diperbaiki, termasuk jumlah karamba yang ada. Secara berkala dilakukan pengecekan kualitas air dan monitoring kesehatan ikan juga harus dilakukan secara rutin,” tegasnya.

Sumardiana juga memastikan bahwa akan segera dilakukan rapat koordinasi dengan Dinas Perikanan Bangli dan instansi terkait untuk merumuskan langkah lanjutan. “Dalam waktu dekat saya akan rapat dengan Dinas Perikanan Bangli dan instansi terkait,” tambahnya.

Sumardiana mengatakan jumlah kerugian pemilik tambak di Danau Batur masih didata hingga saat ini. Diungkapkan, pascasemburan belerang di Danau Batur sejak 9 Juli 2025 lalu, kematian ikan banyak terjadi di sisi timur danau.

Mulai dari Terunyan Desa, Tangguntiti, Cemara Landung dan di Br. Yehpanes Songan. Sedangkan di wilayah atau sisi lain relatif tidak ditemukan. Berdasarkan laporan yang diterimanya, dikatakan bahwa secara visual kondisi air Danau Batur saat ini sudah terlihat normal.

Baca juga:  Dibuka Lagi Sejak Juni, Pura Kehen Dikunjungi Ribuan Wisman

“Secara visual hari ini (Kamis,red) perairan Danau Batur tidak ada perubahan warna, bau belerang juga tidak ada. Semoga ke depan kondisi perairan di Danau Batur semakin membaik. Dan nanti diperkuat lagi dengan data pengukuran kualitas air dari Balai Karantina,” ungkap Sumardiana.

Dikatakan, dampak dari fenomena upwelling ini dirasakan baik oleh ikan liar maupun ikan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung (KJA). Sumardiana menambahkan bahwa pembersihan bangkai ikan sudah mulai dilakukan.

Dinas Kelautan setempat, bersama TNI, Polri dan masyarakat telah mengevakuasi bangkai ikan dalam satu truk sampah dan langsung diangkut ke sebuah lahan di Pengotan.

Baca juga:  Rekor Baru Tambahan Kesembuhan Pasien COVID-19 Nasional, Lima Provinsi Ini Peyumbang Terbanyaknya

Rencananya, pada Jumat (18/7) akan dilakukan pembersihan lanjutan dengan melibatkan sekitar 200 personel gabungan dari TNI, Polri, pegawai kecamatan dan desa, mahasiswa KKN, masyarakat sekitar, serta partisipasi dari Balai Wilayah Sungai (BWS). Tiga armada angkutan telah disiapkan untuk proses evakuasi.

Terkait kerugian, Sumardiana menyatakan masih menunggu data dari Dinas Perikanan Kabupaten Bangli. Saat ini masih dilakukan penghitungan jumlah pembudidaya terdampak dan dugaan kerugian ekonomi. “Lagi didata kerugiannya,” tandasnya.

Mengenai jenis ikan yang mati, Sumardiana menyebut terdiri dari ikan liar dan budi daya jenis nila. “Ada ikan liar dan nila. Ikan liar maksudnya ikan yang tidak dibudidayakan,” ungkapnya. (Ketut Winata/balipost)

 

BAGIKAN