
AMLAPURA, BALIPOST.com Puri Agung Karangasem menggelar Baligia Utama di kawasan sakral Taman Sukasada Ujung, Karangasem. Prosesi yang dimulai akhir 2024 ini puncaknya akan jatuh pada 20-23 Juli 2025 mendatang.
Upacara Baligia Utama ini memiliki makna mendalam karena merupakan simbol penyucian atma leluhur menuju alam siwa loka.
Pengelingsir sekaligus Manggala Karya Baligia 2025, Anak Agung Bagus Parta Wijaya, Minggu (13/7) mengungkapkan Baligia Utaka merupakan bagian dari Pitra Yadnya, bentuk tertinggi penghormatan kepada roh leluhur. Ini, menandai akhir dari proses penyucian unsur badan halus (Suksma Sarira) setelah prosesi Ngaben menyucikan badan kasar.
“Berdasarkan ajaran suci dalam Lontar Baligia, tubuh manusia terdiri atas tiga unsur utama: Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Antahkarana Sarira. Upacara Baligia ini sebagai langkah menyempurnakan perjalanan roh agar bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Dewa Pitara,” ujarnya.
Parta mengatakan, tahun ini, Baligia Utama diikuti oleh 104 sekah puspa (roh suci), termasuk 17 puspa Puri yang merupakan milik tokoh-tokoh besar seperti Prof. A.A. Agung Gede Putra Agung dan Anak Agung Istri Agung Raka Padmi.
Karya agung ini diawali dari prosesi spiritual sejak akhir 2024, seperti Ngaku Ngagem, Bumi Sudha, Mendak Tirta, hingga mencapai puncak Utpeti pada 20 Juli 2025, yang menyimbolkan roh suci mulai meninggalkan alam dunia menuju kesucian abadi.
“Sebanyak 100 sulinggih Siwa dan Buda dari berbagai penjuru Karangasem akan hadir dalam Resi Bojana pada 21 Juli, sebagai bentuk penghormatan dan ucapan terima kasih kepada para pedanda yang muput yadnya. Dilanjutkan dengan prosesi Ngeliwet dan Setiti pada 22 Juli, hingga Nganyut atau pelepasan simbol-simbol suci (Artawingka) ke Laut Ujung pada 23 Juli 2025, sebagai penutup karya,” katanya.
Menurutnya, jika Baligia bukan hanya ritual, tetapi warisan budaya spiritual yang harus dijaga. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kesucian, bakti, dan keseimbangan antara sekala dan niskala.
Kolaborasi Antaretnis
Upacara ini juga memperlihatkan kekuatan kolaborasi antaretnis dan antaragama di Karangasem. Warga Braya Muslim di sekitar lokasi turut serta dalam menjaga kebersihan, keamanan, hingga menyediakan layanan kuliner di area Nista Mandala. Sebuah simbol kuat toleransi dan integrasi sosial yang telah diwariskan sejak masa kejayaan Kerajaan Karangasem.
“Tak hanya sakral, Baligia juga menjadi ruang edukasi budaya dan regenerasi spiritual, melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembuatan wewangunan, puspa lingga, hingga pementasan seni-seni ritual. Puri Agung Karangasem menjadikan momentum ini sebagai bagian dari pelestarian adat dan filosofi hidup Bali berbasis komunitas. Jadi, diharapkan melalui Baligia Utama, keluarga besar dan masyarakat belajar tentang nilai kehidupan, tanggung jawab spiritual, dan makna terdalam dari menjadi manusia Bali sejati,” jelasnya.
Dia menjelaskan, upacara ini dimulai saat Parum besar di Puri di ikuti oleh seluruh Angga Puri (Keluarga Besar) dan Ida Pedanada Bhagawanta-Sulinggih Siwa dan Buda.
Parum kemudian dilanjutkan Upacara Ngaku Ngagem (pernyataan kesanggupan beryadnya) pada 22 Desember 2024, Bumi Sudha dan Nangiang Piadnyan (penyucian dan pembangunan altar suci) pada 14 Maret 2025, Mendak Tirta, Ngajum, dan Ngulapin, Melaspas Padma, Mapurwadaksina, kemudian 18 Juli mepeed dari Puri ke Taman Ujung, 20 Juli digelar puncak upacara bangkitnya roh suci menuju alam Siwa Loka, 21 Juli akan dilangsungkan Resi Bojana dan tamu undangan VVIP, yang berasal dari Jakarta, Nusantara, Bali, dan Karangasem, dan 23 Juli nganyut ke Pantai Ujung.
Ia menjelaskan rangkaian upacara suci ini juga memperlihatkan kedalaman makna filosofis dan kosmologis Hindu Bali yang diisi dengan Mepepada (penyucian hewan persembahan), Nganyut (penghanyutan simbol roh ke laut), dan Nyegara Gunung (pemulihan jiwa-raga pasca upacara).
Pada 21 Juli 2025 digelar Upacara Resi Bojana, yang nertujuan menghaturkan rasa terima kasih kepada para pedanda yang ikut muput rangkaian Baligia sehingga berjalan dengan baik.
Dilanjutkan pada Upakara Setiti pada 22 Juli 2025. “Puspa (roh suci) diyakini berada di alam tenang. Pada tengah malam nya akan dihaturkan saji mulya, sebagai bekal perjalanan menuju alam Siwa Loka,” tutupnya. (Eka Parananda/balipost)