Suasana Rumah Duka di jalan Pulau Serangan, Kelurahan Penarukan, Buleleng. (BP/Istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Suasana duka menyelimuti rumah Putu Mertayasa (43) di Jalan Pulau Serangan, Kelurahan Penarukan, Buleleng pada Kamis (10/7) pagi.

Sopir truk tronton pengangkut besi Surabaya – Denpasar itu dipastikan menjadi salah satu korban KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam Rabu (2/7).

Wajah sedih masih terlihat di raut wajah Kadek Sudiartini (38) yang merupakan istri korban. Ia masih tak percaya, Mertayasa ikut menjadi korban kapal tenggelam di Selat Bali.

Kadek Sudiartini menuturkan, sebelum berangkat ke Surabaya untuk mengambil muatan besi sejumlah kejanggalan terjadi. Kejanggalan ini seakan menjadi pertanda, perjalanan suaminya ke Surabaya tidak berjalan mulus.

Kejanggalan pertama, disebut Sudiartini, saat hendak mengantar suami menuju terminal Sangket, dompetnya tertinggal. “Bisanya suami bawa motor ke gudang Tabanan. Namun kali ini saya tumben ingin mengantar sampai Terminal Sangket. Suami lantas naik kendaraan umum menuju gudang Tabanan,” jelas Sudiartini.

Baca juga:  Manajemen KMP Tunu Pratama Jaya Beri Santunan ke Korban Meninggal

Tak sampai di situ, saat tiba di gudang truk di Tabanan, tiba-tiba aki truk yang akan dibawa mengambil muatan di Surabaya, meledak. Kejadian ini pun sempat dilaporkan kepada Sudiartini di Singaraja.

Namun karena masih ada aki cadangan, sang suami disebut akan menggantinya setiba di Kota Surabaya. “Bosnya bilang ganti di Surabaya saja. Seakan‑akan ada yang ‘menahan’ untuk tidak jalan,” tutur Sudiartini.

Terakhir, sebelum kejadian kapal tenggelam itu, Mertayasa disebut sempat mengupdate story via WhatsApp. Dalam update status itu, korban Mertayasa menuliskan “Ti Be” yang artinya mati.

Sembari memperlihatkan antrean panjang sebelum menaiki kapal KMP Tunu Pratama Jaya. “Status ini dibuat beberapa menit sebelum kejadian. Setelah itu pun suami saya tidak ada kabar,” imbuhnya.

Baca juga:  Jasad Kadek Oka Tiba di Klungkung, Korban KMP Tunu Diaben Siang Ini

Keesokan harinya, adik iparnya pun menginformasikan, jika ada kapal tenggelam di Selat Bali. Sudiartini pun bergegas menghubungi Putu Mertayasa. Namun, handphone korban sudah tidak aktif.

Bahkan Sudiartini pun sempat menghubungi teman-teman kerja korban. Di sana disebut jika Mertayasa ikut menaiki kapal KMP Tunu Jaya Pratama. “Teman kerjanya memastikan jika suami saya naik kapal itu,” jelasnya.

Memastikan kebenaran informasi itu, pihaknya lantas menuju ke Pelabuhan Gilimanuk bersama beberapa keluarganya. Mereka menunggu kabar di posko pencarian dari pagi hingga malam, tanpa kepastian.

Hingga pencarian hari ke-6, sang suami pun tak ada kabarnya. Sehingga Ia memutuskan untuk balik ke Buleleng. “Setiap tim SAR menemukan jenazah, jantung ini serasa berhenti,” tuturnya.

Baca juga:  Beri Layanan Antar Jemput, Garuda Optimis Tingkatkan Jumlah Penumpang

Puncak penantian datang lewat mimpi. Dua malam lalu, Sudiartini sempat bermimpi sang suami akan pulang.

Hanya saja, dalam mimpi itu, Mertayasa disebut hanya memakai celana saja, tanpa baju. “Dia bilang, ‘Besok mulih (pulang), Bu.’ Besoknya benar, petugas telpon bilang jenazah suami sudah ditemukan,”jelasnya.

Putu Mertayasa, meninggalkan empat anak, yakni Luh Eka Sintyawati (19), Kadek Teguh Adi Pratama (16), Komang Agus Prandika (11), dan balita berusia 17 bulan, Ketut Dika Oka Permana. “Anak paling kecil sering tanya, ‘Bapak di mana?’ Saya cuma bisa peluk,” ujar Sudiartini.

Jenazah Putu Mertayasa rencananya  dikremasi di Setra Adat Buleleng. Hanya saja, saat ini pihak keluarga masih menunggu hari baik. “Rencana kita kremasi, namun masih menunggu hari baik,” tandasnya. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN