
TABANAN, BALIPOST.com – Perbaikan Jalan Denpasar-Gilimanuk yang jebol langsung dilakukan Balai Jalan Nasional Satker Pelaksanaan Jalan Nasional (PJN) Wilayah I Provinsi Bali. Puluhan pekerja beserta alat berat tengah bekerja di lapangan.
Demikian juga material yang secara bertahap didatangkan. Perbaikan ini ditargetkan rampung dalam sebulan.
PPK 1.3 PJN Wilayah I Bali, Pramono Tri Yulianto, Selasa (8/7), menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan penataan lahan untuk memasang sejumlah box culvert berukuran 2×2 meter melintang di badan jalan. Terdapat beberapa tantangan dalam proses perbaikan.
Tantangan dimaksud antara lain aliran sungai yang panjangnya sekitar 8 meter, yang posisinya berada di bawah badan jalan. Untuk dapat melakukan perbaikan, maka aliran sungai harus dibendung. Terkait hal tersebut, satker terus berkoordinasi dengan pihak terkait. “Berkat dukungan semua pihak, kendala itu sudah bisa kami tangani,” katanya.
Di sisi lain, di pinggir jalan terdapat sejumlah ruko yang pondasinya menggantung. Jika pekerjaan tidak dilakukan dengan hati-hati, dikhawatirkan memicu perluasan keruntuhan jalan maupun bangunan. “Kami tidak bisa langsung asal bongkar, kami juga perlu memasang pengaman untuk mengantisipasi agar tidak terjadi keruntuhan,” ujar Pramono.
Meski menargetkan perbaikan tuntas dalam sebulan, pihaknya berusaha semaksimal mungkin agar perbaikan bisa lebih cepat. Perbaikan akan digarap 24 jam per hari.
Pekerja dan peralatan pun akan diatur sedemikian rupa dan akan dibuat dua shift per hari. Adapun jumlah pekerja yang dikerahkan adalah sebanyak 35 orang pada Senin (7/7). Jumlah ini akan ditambah, menyesuaikan volume pekerjaan.
Sementara, material utama berupa box culvert didatangkan dari luar Bali. Box culvert yang akan dipakai juga disertai hasil tes agar bisa memenuhi syarat untuk dipasang di jalan tersebut.
Terkait penyebab jebolnya jalan, Pramono menyebutkan, sudah sejak 22 Juni lalu. Namun, kala itu tidak separah sekarang karena hanya di bagian pinggir.
Namun pada 7 Juli, kerusakan makin luas, dipicu curah hujan yang cukup tinggi. “Curah hujan cukup tinggi, drainase kemudian tertutup reruntuhan sehingga air tidak bisa mengalir, yang pada akhirnya memicu jebolnya jalan,” katanya. (Puspawati/balipost)