I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya saat diwawancara di Denpasar, Selasa (28/2/2023). (BP/Antara)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Sektor pariwisata di Kabupaten Badung masih menunjukkan kinerja positif dengan tingkat hunian hotel yang tergolong tinggi. Meski begitu, sejumlah tenaga kerja justru mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), kondisi yang dinilai tidak sejalan dengan performa industri perhotelan saat ini.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan tingkat okupansi hotel di wilayah tersebut masih berada pada kisaran 70 hingga 80 persen. Menurutnya, angka itu mencerminkan bahwa sektor perhotelan tetap berada dalam kondisi sehat dan stabil.

“Tingkat hunian hotel di Badung masih bagus, artinya mereka masih mendapatkan keuntungan dan tidak ada alasan untuk melakukan PHK,” tegasnya.

Baca juga:  Warga Bali Tertular COVID-19 Masih Bertambah, Naik dari Sehari Sebelumnya

Ia menilai bahwa kebijakan PHK semestinya hanya diambil dalam situasi darurat, misalnya ketika tingkat okupansi hotel terus turun hingga di bawah 50 persen dalam jangka waktu tertentu.

Karena itu, ia menyatakan bahwa sejauh ini belum ada laporan resmi mengenai hotel yang melakukan PHK terhadap para pekerjanya. Bahkan jika tingkat hunian turun ke angka 60 persen, ia berharap agar pelaku usaha tetap menjaga komitmen terhadap karyawan mereka.

“Ini okupansi kita masih bagus, relatif bagus dengan situasi global, geopolitik, dan juga ekonomi nasional,” jelasnya.

Baca juga:  Pertamina Integrasi Pendataan Pengguna Elpiji 3 Kg

Agung Rai uga menjelaskan bahwa stabilitas sektor pariwisata di Badung ditopang oleh karakteristik wisatawan yang datang ke Bali. Sebagian besar wisatawan murni berkunjung untuk berlibur, bukan hanya untuk keperluan bisnis atau kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

“Kalau di Bali situasinya hampir 70 persennya berlibur, dan untuk MICE sekitar 30 persen lah,” ujarnya.

Meski demikian, tantangan masih membayangi sektor restoran. Persaingan semakin ketat, bukan hanya dari segi kualitas makanan dan layanan, tetapi juga dari sisi harga serta munculnya restoran-restoran baru yang terus bermunculan. Dalam situasi seperti ini, Agung Rai menekankan pentingnya pengusaha untuk tetap mengutamakan kesejahteraan karyawan, terutama dalam hal ketepatan pembayaran gaji.

Baca juga:  Bertambah di Atas 230 Orang, Kumulatif Kasus COVID-19 di Bali Dekati 50 Ribu

Di sisi lain, ia juga menyampaikan kekhawatirannya terhadap potensi gangguan global yang dapat memengaruhi pariwisata. Konflik antara Iran dan Israel disebut-sebut dapat memicu ketidakstabilan yang berdampak luas.

Menurutnya, jika terjadi perang dunia, dampaknya bisa jauh lebih buruk dari pandemi Covid-19 karena akan memengaruhi mobilitas wisatawan secara global. “Bali ini sangat mengharapkan dari sektor pariwisata. Kita secara serius harus menjaga keamanan, kenyamanan dan keindahan. Mudah-mudahan tidak terjadi (perang dunia),” pungkasnya. (Parwata/Balipost)

BAGIKAN