
BADUNG, BALIPOST.com – Pameran perjalanan wisata Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) di Bali menjadi kesempatan bagi Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Rano Karno, yang ingin mempelajari kepariwisataan Bali untuk Jakarta.
“Jakarta ini ironis, kami memiliki Bandara Soekarno-Hatta, populasi kunjungan di bandara ini 1 tahun 70 juta orang, namun pariwisata di Jakarta hanya dikunjungi 1 juta, Pak Koster, saya datang ke sini ingin belajar,” kata Rano Karno kepada Gubernur Bali I Wayan Koster, dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (12/6).
Di Kabupaten Badung, Kamis, Wagub Jakarta yang akrab disapa Bang Doel itu mengatakan ada yang kurang, dengan Jakarta memiliki tempat wisata namun tidak dengan aktivitas pariwisata.
“Kami punya Ancol, tapi sudah hampir 20-30 tahun tidak pernah terjadi revitalisasi, kami punya Pulau Seribu, tapi tidak pernah dikunjungi di sana,” ujarnya lagi.
Wagub Rano Karno melihat warga DKI Jakarta justru memilih berwisata ke Bali, sehingga bukan ingin mengambil ceruk pariwisata Bali namun ingin membenahi dengan belajar meningkatkan pariwisata di Jakarta.
“Di Jakarta ini banyak hotel, tapi jarang atraksi, karena itu kami baru saja membuat kerja sama dengan 10 hotel di Jakarta, mereka wajib menampilkan kebudayaan Betawi, dan tentu kami memberikan stimulus, kami sedang mendesain awal,” kata dia pula.
Menghadiri pameran perjalanan wisata BBTF 2025 sendiri, menurutnya, bagian dari langkah promosi Jakarta yang sudah berturut-turut diikuti.
Rano Karno melihat langkah promosi paket wisata kepada pembeli dunia ini menunjukkan tren positif, terbukti transaksi yang terjadi di pameran Jakarta meningkat dari Rp6,5 miliar menjadi Rp6,9 miliar di tahun kedua mengikutinya.
“Target kami sekarang Rp10 miliar, tapi bukan ini yang kami cari, kami ingin Bali membantu kami untuk membangun wisata Jakarta, jadi kami siap menjadi co-kegiatan ini di Jakarta tahun depan,” ujarnya lagi.
Wagub Jakarta ini juga sempat menyinggung upaya lain yang akan dilakukan untuk promosi pariwisata, yaitu mengenalkan budaya melalui film.
Aktor senior itu ingin menjadikan Jakarta sebagai kota sinema, dengan mulai memanfaatkan peluang-peluang syuting layar lebar internasional di kotanya.
Sebab dari catatannya, dalam setahun film layar lebar di Indonesia saja penontonnya mencapai 84 juta, dan mengenalkan wilayah dalam sinema merupakan salah satu tren yang dilakukan di banyak negara dunia. (Kmb/Balipost)