
DENPASAR, BALIPOST.com – Desa Celuk, Gianyar selama ini dikenal sebagai sentra kerajinan perak. Ketenaran Celuk sebagai pusatnya kerajinan logam mulia ini hingga ke mancanegara.
Namun, seiring berjalannya waktu, cahaya Celuk perlahan meredup. Pasang surut Celuk sebagai sebuah sentra kerajinan perhiasan ini pun berupaya dibangkitkan lewat digelarnya festival setahun sekali.
Festival ini pertama kali digelar pada tahun 2016 sebagai peringatan 100 tahun tradisi perak dan emas di Desa Celuk. Beragam produk perhiasan perak dan emas dengan sentuhan tradisional dan modern dipamerkan.
Ada juga lomba desain perhiasan dan fotografi perhiasan hingga fashion show kolaborasi antara desainer Tjok Abi dan perajin Celuk, yang menampilkan perpaduan busana Bali modern dan perhiasan khas Celuk.
Di tahun berikutnya, pameran melibatkan 24 UKM perhiasan. Koleksi cincin, kalung, anting, dan aksesoris memadukan desain tradisional dan modern dipamerkan.
Setelah pandemi, tepatnya di 2023, festival kembali digelar. Kali ini ada panggung seni, pertunjukan budaya, bazar kuliner, dan live music untuk menarik kehadiran wisatawan lokal dan mancanegara.
Di tahun lalu, festival di Celuk mengangkat tema “Kembalikan Kejayaan Perak” dengan suguhan yang semakin unik karena menghadirkan koleksi perak langka dari era 1930-an, pajangan layangan tradisional “janggan” yang dilapisi perak dan emas, dan workshop pembuatan perhiasan yang melibatkan generasi muda, sebagai upaya regenerasi perajin perak Celuk. (Wahyu Widya/balipost)