
DENPASAR, BALIPOST.com – Pesta Kesenian Bali (PKB) segera digelar kembali. Kritik terhadap PKB sebagai kegiatan rutinitas yang monoton kerap dilontarkan.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha menepis anggapan bahwa PKB hanya sebuah rutinitas dan tontonan seni budaya yang menoton. Menurutnya, PKB merupakan wahana untuk pelestarian seni dan budaya.
Di samping juga untuk memberdayakan para seniman dan memupuk regenerasi. Apalagi, setiap tahunnya tema PKB selalu baru. Sehingga, sajian seni budaya yang ditampilkan para seniman penuh kreasi dan inovasi menyesuaikan dengan tema pokok PKB.
Diungkapkan, bahwa PKB XLVII Tahun 2025 ini mengusung tema “Jagat Kerthi Lokahita Samudaya (Harmoni Semesta Raya) yang dimaknai sebagai upaya nyata mewujudkan keharmonisan antara Bhuana Agung (makrokosmos) dengan Bhuana Alit (mikrokosmos) demi keseimbangan, keharmonisan, dan tatanan kehidupan yang “gemah ripah lohjinawi kang tata tentrem kertha raharja”.
Tema ini merupakan tema terakhir dari bagian Sad Kerthi. Di mana, PKB tahun 2024 mengusung tema “Jana Kerthi Paramaguna Wikrama”, tahun 2023 mengusung tema “Segara Kerthi: Prabhaneka Sandhi”, tahun 2022 mengusung tema “Danu Karthi: Huluning Amreta”, tahun 2021 mengusung tema “Purna Jiwa: Prananing Wana Kerthi”, dan tahun 2020 mengusung tema “Atma Kertih: Penyucian Jiwa Paripurna”
Sementara untuk materi masih sama seperti PKB sebelumnya, yaitu 8 materi pokok meliputi Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Utsawa (Parade), Wimbakara (Lomba), Kandarupa (Pameran), Kriyaloka (Lokakarya), Widyatula (Sarasehan), dan Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni). Sementara event budaya yang dirangkaikan pelaksanaan PKB, yakni penyelenggaraan Bali World Cultural Celebration (Perayaan Budaya Dunia di Bali) dan Jantra Kebudayaan Bali (Pekan Kebudayaan Daerah).
Sugiartha mengatakan ada sebanyak 592 sajian seni yang ditampilkan. Jumlah ini meningkat dari PKB tahun 2024 yang jumlahnya 532 sajian seni.
Begitu juga jumlah seniman yang dilibatkan meningkat drastis. Pada PKB tahun 2024 jumlah seniman yang terlibat sebanyak 13.561 orang, sedangkan pada PKB Tahun 2025 ini sebanyak 20.089 orang seniman.
Jumlah ini paling banyak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir penyelenggaraan PKB. Pada 2021 seniman yang terlibat sebanyak 7.955 orang, 2022 sebanyak 16.197 orang, dan 2023 sebanyak 19.009 orang.
Dari 592 sajian seni tersebut, lanjut Sugiartha ada sebanyak 517 lembaga (sekaa/sanggar/komunitas/yayasan seni yang terlibat di dalamnya. Jumlah lembaga ini meningkat dari tahun 2024 yang hanya 285 lembaga. Sedangkan, pada tahun 2023 sebanyak 309 lembaga, tahun 2022 sebanyak 201 lembaga dan 2021 hanya 180 lembaga.
Terkait dengan Peed Aya (pawai), Sugiartha mengungkapkan formatnya masih sama yaitu digelar di Depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi Renon, Denpasar. Menariknya, selain panggung VVIP untuk tamu undangan, Disbud Bali juga akan menyediakan tribun untuk penonton. Tribun penonton akan dibuat full dari timur sampai ke barat, namun tidak beratap.
Kurator PKB XLVII Tahun 2025, Prof. I Made Bandem mengingatkan agar para seniman atau sanggar yang terlibat dalam PKB tahun ini benar-benar mengembalikan pakem karya yang akan digarap. Kesenian wali yang sakral agar tidak dipentaskan ke Taman Budaya Bali.
Pihaknya mempersilakan para seniman menggarap kesenian sakral yang telah ditransformasikan secara kebaruan. “Intinya seni tradisi memiliki pakem. Pakem gambuh, topeng, wayang kita kembalikan dan hidupkan lagi, konteksnya harus sesuai dengan tema, mulai cerita dengan mengangkat lokalitas,” ujar Prof. Bandem.
Ia mengingatkan dalam pola penggarapan juga memperhatikan keutuhan adegan. “Misalnya kesenian gambuh, arja di situ ada cerita sejarah, ada cerita perang, sedih, magis dan pembabakan itu sudah diwariskan oleh seniman kita dengan hebat sekali, begitu pula dalam penokohan beberapa peran di kesenian arja ada yang kurang diangkat lagi semisal patih pengrancab bisa dimunculkan kembali, dan gaya tari, kalau wayang wong tetap gaya klasik wayang wong, gambuh juga sama, kembalikan ke pakem, yang paling pokok vokal juga diperhatikan itu menjadi kehebatan seniman zaman dulu,” jelasnya.
Prof. Bandem mengingatkan agar para seniman harus memiliki tanggung jawab etika dan moral dalam berkreativitas. Sebab, PKB milik masyarakat Bali. Sehingga, kreativitas dan inovasi seni yang disajikan tetap memberikan tontonan dan tuntunan yang baik kepada para penonton. (Ketut Winata/balipost)