Pendampingan Ratusan Siswa Tak Bisa Baca dan Tulis. (BP/Yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Hasil pendampingan literasi oleh Tim Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja mengungkap kondisi memprihatinkan. Sebanyak 43,1 persen siswa SMP yang didampingi belum hafal abjad dan membaca secara terbata-bata.

Pendampingan ini melibatkan 76 dosen ahli dan 375 mahasiswa semester IV FIP Undiksha, yang secara sukarela mendampingi ratusan siswa dengan kesulitan membaca. Setiap mahasiswa membimbing satu siswa dalam sesi dua hingga lima kali per minggu. Pendampingan lebih intensif dilakukan di wilayah perkotaan, sedangkan di wilayah desa terbatas dua hingga tiga kali karena jarak dan kesibukan perkuliahan.

Baca juga:  RS Unud Terapkan Terapi Plasma Konvalesen Untuk Penderita Covid-19

“Yang di desa hanya bisa dua atau tiga kali dalam seminggu karena mahasiswa kami juga harus mengikuti perkuliahan di kampus. Di samping itu, ini kegiatan sukarela dengan biaya sendiri,” jelas Dekan FIP Undiksha, Prof. Dr. I Wayan Widiana dikonfirmasi Senin (2/6).

Dipimpin oleh Wakil Dekan Bidang Akademik, Prof. Dr. Kadek Suranata, program ini mencatat bahwa dari total siswa yang didampingi 43,1 persen berada pada level dasar atau belum hafal abjad dan membaca terbata-bata, 36,5 persen pada level menengah atau mengenal huruf tapi kesulitan membaca kalimat panjang, dan 20,4 persen pada level lanjut atau lancar membaca namun belum memahami isi bacaan.

Baca juga:  Petani Klungkung Dihadapkan Sejumlah Persoalan

Prof. Suranata menegaskan bahwa penyebab kondisi ini tidak semata karena kurangnya pembelajaran formal. Faktor lain seperti gangguan kognitif, fisik, disleksia, gangguan emosional dan psikososial, serta minimnya dukungan keluarga menjadi pemicu utama.

“Mungkin karena keluarganya terlalu keras mendidik, atau lingkungan sekolah yang tidak nyaman. Bahkan saat diberikan pendampingan, ada siswa yang sampai BAB di celana. Ada juga yang lari karena cemas berlebihan,” ungkapnya.

Baca juga:  Rampas HP dan Telanjangi ABG, Sopir Ngaku Aparat Ditangkap

Untuk meningkatkan minat baca siswa, pendekatan kreatif digunakan, seperti kartu huruf, buku cerita anak, komik digital, dan lagu edukatif. Mahasiswa relawan diwajibkan membuat laporan perkembangan berkala sebagai dasar evaluasi bulanan.

Pendampingan dijadwalkan berlangsung hingga September 2025. Jika tidak ada perkembangan signifikan, siswa akan dirujuk ke sekolah inklusi melalui koordinasi dengan Pemkab Buleleng dan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora).

“Kalau sampai September belum bisa membaca, berarti harus ada penanganan khusus. Data siswa akan kami serahkan ke Pemkab agar bisa ditindaklanjuti,” tegas Prof. Suranata. (Yudha/Balipost)

BAGIKAN