
SINGARAJA, BALIPOST.com – Kabupaten Buleleng kembali hadir dalam perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB), yang akan digelar pada Juni 2025. Tahun ini, duta Kabupaten Buleleng diwakili Institut Institut Mpu Kuturan (IMK) Singaraja.
Peed Aya kali ini mempersembahkan garapan berjudul “Agra Buwana Raksa”, yang berarti penjaga peradaban hulu.
Garapan ini disusun I Putu Ardiyasa, mengangkat filosofi Jagad Kerti harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan yang berakar dari kearifan lokal Desa Adat Pedawa.
Dalam garapan ini, berbagai elemen budaya dihadirkan, seperti rumah Bandung Rangki, pohon aren, serta ritus saba malunin, sebuah upacara adat yang menandakan desa kerta (makmur) dan masyarakat yang sejahtera.
Garapan ini menjadi wujud aktualisasi dari upaya pelestarian ingatan kolektif masyarakat adat, melalui seni pertunjukan yang menggugah dan sarat nilai. Tradisi Ngaben Medeng turut ditampilkan dalam bentuk karya kembang/bungandeng, serta ditutup secara teatrikal dengan Ritus Saba Malunin, menjadi penegas pentingnya menjaga keseimbangan sosial dan ekologis demi keberlanjutan.
Lebih jauh, Buleleng juga digambarkan sebagai simpul lintas budaya. Dari keberadaan pabean menese (pelabuhan tua), Klenteng Toyohawa, hingga perjalanan Panji Sakti yang membawa hadiah gajah dan pasukan dari Blambangan yang kini menetap di Pegayaman. Situs Pura Panca Sila di Kubutambahan menjadi penanda kuat akan keberagaman yang telah mengakar sejak lama.
Koordinator Tim Kesenian STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, I Putu Ardiyasa mengatakan, visi yang mereka usung dalam Peed Aya adalah keinginan STAHN Mpu Kuturan untuk ikut serta melakukan upaya pelestarian, dengan melakukan berbagai upaya.
Ardiyasa mengingatkan, perlindungan terhadap kesenian dan objek pemajuan kebudayaan tidak akan pernah cukup, tanpa ada upaya pengembangan terhadap kesenian. Maka menurutnya, perlu dilakukan gerakan perlindungan pengembangan pembinaan dan pemanfaatan secara kolektif.
“Maka saya ingin mengajak sekali lagi ayo kita bersama-sama untuk melakukan gerakan perlindungan, pengembangan, pembinaan, dan pemanfaatan secara kolektif baik dari Dinas, perangkat desa, sanggar dan juga kampus,” pungkasnya. (Nyoman Yudha/balipost)