MANGUPURA, BALIPOST.com – Suasana sakral menyelimuti suasana Banjar Dukuh Moncos, Desa Sobangan, saat Karya Ngenteg Linggih dilaksanakan di Pura Ulun Swi.

Karya ini merupakan bagian dari rangkaian upacara besar seperti Mamungkah, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, hingga Ngusaba Nini, yang berpijak pada konsep Tawur Balik Sumpah Menawa Ratna.

Upacara ini menjadi momentum spiritual yang penting bagi krama pengempon pura dan seluruh masyarakat adat setempat.

Puncak karya berlangsung pada 13 Mei 2024, dipuput oleh sembilan Ida Pedanda, dengan yajamana karya Ida Pedanda Gede Oka Watulumbang Manuaba dari Griya Magelung, Desa Baha.

Bendesa Adat Dukuh Moncos, I Made Sukada, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Badung.

Baca juga:  Bupati Giri Prasta Resmikan IPA Estuary Perumda Air Minum Tirta Mangutama

I Made Sukada menyatakan, segenap banten yang digunakan untuk karya ini adalah hasil kerja keras dan gotong royong para krama, tanpa membeli dari luar. Ini bentuk nyata kebersamaan dan pengabdian warga kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Tak hanya dalam pelaksanaan upacara, semangat gotong royong juga tercermin dari proses pemugaran fisik pura yang telah dilakukan sejak 2023 lalu.

Melalui bantuan dana hibah dari Pemkab Badung sebesar Rp 1,8 miliar, berbagai fasilitas pura seperti Candi Bentar, Balai Pesayuban, pelinggih betara, hingga tembok penyengker berhasil dibangun ulang.

Baca juga:  Banjar Adat Blungbang Lestarikan Relief di Pura Dalem Penunggekan

Pada tahun berikutnya, dukungan kembali mengalir melalui dana APBD desa senilai Rp1,4 miliar, yang digunakan untuk memperbaiki sambiangan gede, merestorasi candi bentar dan gelung, serta penguatan struktur pesayuban dan pengubengan.

Meneguhkan komitmen, Bupati Badung Wayan Adi Arnawa hadir langsung dan menyerahkan simbolis Bantuan Keuangan Khusus Anggaran Perubahan APBD 2024 sebesar Rp 499 juta lebih, ditambah punia pribadi sebesar Rp 20 juta.

Bupati Adi Arnawa mengaku bersyukur bisa menjadi bagian dari upacara ini. Sebagai Guru Wisesa, dia mengajak seluruh krama untuk terus menjaga ketertiban dan semangat persatuan.

Baca juga:  Temuan Kasus AIDS di Badung Meningkat, Rata-rata hingga 40 Kasus Per Bulan

Dikatakan, pura bukan hanya tempat sembahyang, tapi pusat spiritual, sosial, dan budaya masyarakat adat.

Ia juga menegaskan pentingnya gotong royong dan ketertiban sebagai kekuatan masyarakat Bali, khususnya dalam menjaga citra Kabupaten Badung sebagai destinasi pariwisata yang berakar kuat pada nilai-nilai budaya.

Upacara ini tak hanya menjadi sarana pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, namun juga menjadi refleksi kebersamaan krama dalam menjaga warisan leluhur.

Semangat bakti, sinergi antara pemerintah dan masyarakat, serta pelestarian tradisi menjadi fondasi kuat keberlanjutan adat dan budaya Bali di tengah modernitas yang terus berkembang. (Parwata/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN