Salah satu rumah warga di Pengambengan yang terdampak banjir rob Kamis (29/5). (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Gelombang tinggi menerjang pesisir selatan Jembrana, sejak Rabu (28/5) siang. Di sejumlah pantai yang berdekatan dengan pemukiman mengakibatkan kerusakan pada puluhan rumah dan tempat usaha. Seperti di wilayah desa Pengambengan dan Banjar Pebuahan, desa Banyubiru, Kecamatan Negara. Sedikitnya satu keluarga telah mengungsi, sementara belasan warga lainnya di Pebuahan juga terdampak parah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana, hingga Kamis (29/5), menyebutkan, hingga Kamis (29/5) siang, gelombang tinggi mencapai 200 meter di Pengambengan, khususnya di sekitar Menara Suar. Di area ini, enam rumah terdampak abrasi, dengan tiga diantaranya mengalami kerusakan tembok dan tanah amblas.

Baca juga:  Pesisir Jembrana Dilanda Rob, Sejumlah Permukiman Warga Tergenang Air Laut

Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra mengatakan, dari pengecekan salah satu rumah warga yang terdampak sudah dikosongkan oleh pemiliknya dan mulai mengungsi di rumah saudara sekitar Pengambengan. Jebolnya tanggul pabrik PT Dwipa Mina Nusantara sepanjang 100 meter menjadi salah satu penyebab banjir rob yang merembes ke pemukiman warga.

Dampak serupa terlihat di Pantai Perancak, Desa Perancak, di mana gelombang tinggi sepanjang 200 meter menyebabkan air laut masuk ke pemukiman setinggi mata kaki. Empat rumah dan satu tempat usaha rumah makan di sana juga terdampak.

Baca juga:  Pebola Voli Porprov Diputuskan Kelahiran 1999

Sementara di Pebuahan, tanggul atau revetment pantai yang baru dibangun mengalami kerusakan di bagian atas atau jogging track. Selain itu juga dilaporkan gelombang tinggi juga merusak pipa PDAM sehingga hingga Kamis masih suplai air bersih masih mengalami gangguan. “Yang agak parah di Pebuahan, terutama terkait kebutuhan air bersih warga karena pipa PDAM mengalami kerusakan,” tambah Artana Putra.

Masyarakat terutama yang tinggal di pesisir pantai diminta untuk tetap siaga dan waspada terhadap potensi gelombang tinggi lanjutan. Ia juga menekankan pentingnya pelaporan dini kepada aparat dan koordinasi antar elemen desa untuk penanganan darurat yang optimal. (Surya Dharma/Balipost)

Baca juga:  Ketimpangan Pendapatan di Bali Makin Lebar

 

BAGIKAN