
DENPASAR, BALIPOST.com – Sampah masih menjadi permasalahan krusial yang dihadapi Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia. Untuk mengatasinya, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali mematangkan penyusunan peta jalan penuntasan pengelolaan sampah ini.
Kepala DKLH Bali, I Made Rentin secara spesifik membahas penyelarasan peta jalan akselerasi penuntasan pengelolaan sampah di Provinsi Bali, Kota Denpasar, dan Kabupaten Badung. Selain pengelolaan sampah berbasis sumber, solusi lain yang mengemuka adalah pemanfaatan teknologi yang lebih canggih dan modern.
Di samping juga bagaimana tantangan besar dalam mengubah mindset masyarakat dan aparat di tingkat terbawah untuk menyukseskan program pengelolaan berbasis sumber yang saat ini tengah digencarkan oleh Pemprov Bali.
Koordinator Pokja Pembatasan Penggunaan Plastik Sekali Pakai dan Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber Provinsi Bali, Luh Riniti Rahayu, menyampaikan bahwa penggunaan teknologi seperti yang diterapkan di negara maju merupakan alternatif penanganan sampah di hilir yang kemungkinan baru akan terealisasi dalam jangka panjang. Saat ini, Pemprov Bali tengah mengupayakan penanganan di hulu melalui program pengelolaan berbasis sumber.
“Yang kita optimalkan saat ini adalah penanganan di hulu, dengan mengubah mindset masyarakat. Sudah ada Perda, Pergub, dan SE. Kita edukasi masyarakat secara masif,” cetusnya.
Agar program penanganan sampah berbasis sumber tidak hanya menjadi bahan diskusi di atas meja, ia mengusulkan agar agenda turun ke lapangan, yang semula dijadwalkan mulai awal bulan Juni dimajukan ke pekan terakhir bulan Mei.
Sementara itu, I Made Rentin menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk menyukseskan sosialisasi Gerakan Bali Bersih Sampah. “Kita perlu mempercepat koordinasi untuk memastikan langkah-langkah pengelolaan sampah berbasis sumber dan pembatasan penggunaan plastik sekali pakai berjalan optimal. Gerakan ini harus menyasar berbagai sektor, mulai dari pendidikan, pasar, pusat perbelanjaan, rumah sakit, perkantoran hingga ruang-ruang publik,” ujar Rentin.
Ia juga mendorong partisipasi individu dan lingkungan terkecil seperti rumah tangga dan kantor untuk memulai pengelolaan sampah mandiri. Salah satunya dengan pembangunan teba modern, yakni tempat pengolahan sampah organik di pekarangan yang dibangun tanpa dasar semen untuk mempercepat proses penguraian.
Guna memperluas jangkauan sosialisasi, Rentin menghimbau seluruh sektor terkait untuk menyelenggarakan Webinar Mayor dan Minor mengenai gerakan ini, agar pesan edukatif bisa menjangkau masyarakat luas melalui tokoh-tokoh kunci masing-masing sektor. (Ketut Winata/balipost)