Ilustrasi Penyakit Tuberkulosis (TBC). (BP/Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Indonesia sempat menjadi sorotan dunia setelah menjadi uji klinis fase 3 vaksin M72/AS01E, vaksin yang dikembangkan GlaxoSmithKline (GSK) untuk pengobatan tuberkulosis (TBC), yang didukung secara finansial dan teknis oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Hanya dalam empat bulan di Bali ditemukan 1.252 kasus TBC. Pihak Diskes Bali mengakui program penanganan TBC belum optimal. Mengapa?

Bill Gates sebagai salah satu orang terkaya di dunia rela mengeluarkan uang banyak untuk mendapatkan vaksin TBC. Makanya dia dijamu istimewa oleh Presiden Prabowo saat berkunjung ke Indonesia belum lama ini.

Seperti diketahui Indonesia menempati peringkat kedua di dunia dengan jumlah penderita TBC terbanyak, setelah India. Data Global TB Report 2023 menunjukkan estimasi 1.060.000 kasus baru TBC di Indonesia setiap tahun, dengan 134.000 kematian.

Di Bali, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Bali, selama empat bulan (Januari- 8 April 2025) sudah ditemukan 1.252 kasus TBC yang tersebar di kabupaten/kota. Bagi warga Bali,  uji tahap tiga vaksin TBC ini diharapkan membawa angin segar untuk mencegah lahirnya kasus TBC baru.

Baca juga:  Yayasan dan Pengusaha Bantu 500 Ton Beras untuk Bali

Di Bali estimasi beban TBC tahun 2025 yang diberikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencapai 6.485 kasus. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Bali, kasus TBC terbanyak di Kota Denpasar 462 kasus, disusul Kabupaten Buleleng 230 kasus, Badung 197 kasus, Gianyar 85 kasus, Karangasem 78 kasus, Tabanan 69 kasus, Jembrana 68 kasus, Klungkung 52 kasus, dan Bangli 21 kasus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Diskes Provinsi Bali, dr. I Gusti Ayu Raka Susanti, M.Kes., mengatakan  per 8 April 2025 di Bali sudah ditemukan 1.252 kasus TBC. Dijelaskan bahwa program TBC penting untuk menemukan dan mengobati, semakin banyak ditemukan dan diobati, maka  target eliminasi TBC Tahun 2030 diharapkan bisa tercapai.

“Ini penyakit menular yang harus kita temukan dan obati. Kasus TBC semakin banyak kita temukan dan obati sampai tuntas untuk mencapai target eliminasi TBC tahun 2030,” ujar Raka Susanti, Senin (19/5).

Dikatakan, berbagai upaya terus dilakukan Diskes Bali. Seperti telah melakukan penemuan kasus dengan skreening apabila terdapat gejala-gejala TBC, seperti batuk yang lama disertai penurunan berat badan akan dilakukan pemeriksaan dahak untuk menentukan diagnoasa TB. Melakukan pelacakan kontak erat dari kasus TBC dan memberikan obat profilaksis kepada para kontak erat.

Baca juga:  PDIP Bali Tutup Peringatan Bulan Bung Karno

Puskesmas melakukan pemantauan minum obat kepada para pasien TBC dengan melibatkan mitra yang mendukung program pemerintah dan melakukan KIE oleh promkes di tingkat provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas untuk pencegahan TBC.

Sementara itu Kadiskes Bali, dr. I Nyoman Gede Anom mengungkapkan bahwa capaian beberapa indikator program penanganan TBC Provinsi Bali pada tahun 2024 masih belum optimal. Seperti cakupan penemuan kasus TBC sebesar 84% dari target 90%, serta angka keberhasilan pengobatan TBC SO sebesar 82% dari target 90% dan TBC RO sebesar 61% dari target 80%.

Dikatakan bahwa dalam Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020 – 2024, terdapat enam strategi utama yang diperlukan untuk mencapai target tersebut.

Pertama, penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk mendukung percepatan eliminasi tuberkulosis tahun 2030. Kedua, peningkatan akses terhadap layanan tuberkulosis bermutu dan berpihak pada pasien. Ketiga, optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan pencegahan tuberkulosis serta pengendalian infeksi.

Baca juga:  Wacana Larangan Pendakian Tak Pengaruhi Pembangunan Fasilitas Hiking Gunung Batur

Keempat, pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan tatalaksana tuberkulosis. Kelima, peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan multisektor lainnya dalam eliminasi tuberkulosis. Dan keenam, penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan.

Untuk bisa memaksimalkan peran tenaga kesehatan dalam upaya penanggulangan TBC, diperlukan upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan di semua tingkat layanan kesehatan. Sehingga bisa menjadi tenaga kesehatan yang berkompeten untuk memberikan pelayanan TBC.

Sehingga, program penanggulangan TBC untuk menuju Indonesia eliminasi TBC tahun 2030 dan bebas TBC tahun 2050 bisa tercapai. Terkait vaksin TBC, dikatakan bahwa bayi baru lahir sudah pasti harus diberikan imunisasi BCG untuk memberi perlindungan dari TBC. Ini sudah merupakan program pemerintah kepada semua bayi baru lahir.

Sedangkan, terkait vaksin TBC yang akan diberikan kepada masyarakat usia dewasa tentu merupakan inovasi untuk mencegah penularan TBC, seperti jenis vaksin lainnya untuk mencegah berbagai penyakit. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN