Ratusan Umat Buddha mempersembahkan makanan pada Bhikkhu saat tradisi Pindapatta di Jalan Gunung Agung, Denpasar, Kamis (1/6). Tradisi ini digelar Vihara Buddha Sakyamuni Denpasar dalam rangkaian menyambut Hari Trisuci Waisak 2023. (BP/Eka)

DENPASAR, BALIPOST – Menjelang Hari Raya Trisuci Waisak, umat Buddha di Denpasar melaksanakan tradisi Pindapatta, yaitu memberikan persembahan makanan kepada para bhikkhu yang berjalan kaki mengelilingi kota.

Tradisi ini bukan hanya bentuk penghormatan terhadap para bhikkhu, tetapi juga simbol kebajikan, kesederhanaan, dan kebersamaan. Berikut lima makna penting dari tradisi Pindapatta yang dilaksanakan di Denpasar:

1. Prosesi Bhikkhu Menyusuri Jalan Gunung Agung

Pada Kamis, 1 Mei 2025, para bhikkhu berjalan kaki menyusuri Jalan Gunung Agung, Denpasar, menuju Vihara Buddha Sakyamuni.

Baca juga:  Belasan Napi Terima Remisi Waisak

Mereka membawa mangkuk derma (patta), sementara umat menanti di sepanjang jalan untuk mempersembahkan makanan secara langsung.

2. Pemberian Makanan sebagai Wujud Dana dan Welas Asih

Tradisi Pindapatta menekankan pada praktik berdana (dāna), yaitu memberi tanpa mengharapkan balasan. Dengan mempersembahkan makanan, umat melatih kedermawanan, kerendahan hati, dan penghargaan terhadap praktik spiritual para bhikkhu.

3. Ritual Sunyi Penuh Rasa Syukur

Meski dilakukan di ruang publik, suasana prosesi sangat tenang dan khusyuk. Baik bhikkhu maupun umat menjaga kesunyian dan rasa hormat. Tidak ada percakapan—yang hadir hanya ketulusan memberi dan kesadaran menerima.

Baca juga:  Layani Perawatan Motor, Honda Care Bali Siaga Saat PPKM Darurat Berlaku

4. Pengingat Jalan Tengah dan Kesederhanaan

Para bhikkhu tidak memilih makanan, melainkan menerima apa pun yang diberikan dengan penuh syukur. Ini mencerminkan prinsip hidup sederhana dan tidak melekat pada kenikmatan duniawi, inti dari ajaran Jalan Tengah Buddha.

5. Menumbuhkan Kebersamaan di Tengah Kota

Pindapatta menciptakan ruang kebersamaan lintas usia dan latar belakang. Bahkan warga non-Buddha yang menyaksikan turut menunjukkan rasa hormat dan kekaguman, menjadikan tradisi ini sebagai jembatan harmoni antarumat. (Pande Paron/balipost)

Baca juga:  Banding JPU Diterima, Hukuman Terdakwa LPD Serangan Dinaikkan
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *