DENPASAR, BALIPOST.com – Masalah pariwisata Bali tak hanya disesaki akomodasi pariwisata yang ilegal, namun dampak pariwisata Bali tak dinikmati seniman Bali.
Kini sektor pariwisata Bali menonjolkan budaya barat ketimbang mengapresiasi budaya Bali.
Seniman Bali tak menikmati dampak pariwisata. Makanya para seniman mengatakan kondisi seni budaya Bali tak baik-baik.
Hal itu terungkap dalam Dialog Merah Putih soal ‘’Nasib Seni Budaya Bali di Tengah Pariwisata’’, Selasa (29/4) di Warung Bali Kopi, Jalan Veteran 63 Denpasar.
Seniman yang juga putri Presiden Pertama Sukarno, Sukmawati Soekarnoputri mengakui saat ini Bali digempur oleh kemajuan pariwisata yang justru menggerus budaya Bali.
Para turis di Bali cuek soal seni budaya Bali, justru menonjolkan budaya mereka khususnya budaya western ketimbang mengapresiasi seni budaya Bali.
Padahal di tahun 1970, turis ke Bali justru mengapresiasi dan mempromosikan seni budaya Bali lewat karya seninya. Kini justru muncul kampung turis dan pabrik narkoba, sungguh saya kecewa tak seperti di era Soekarno.
Menanggapi keluhan Sukmawati Soekarnoputri, akademisi yang juga Wakil Rektor 3 ISI Bali, Profesor I Komang Sudirga membenarkan seni budaya Bali dalam kondisi tak baik-baik saja.
Kualitas dan jumlah pertunjukkan seni budaya Bali kini makin berkurang.
Dia ingin di Bali dibentuk desa budaya bukan desa wisata sehingga ke desa turis melihat budaya desa setempat yang asli. Di samping itu sektor ekonomi desa akan tergerakkan.
Hal itu diperkuat seniman tari dan tabuh Doktor I Kadek Suartaya bahwa kemajuan pariwisata Bali justru menggerus seni budaya Bali. Seniman pun tak menikmati gemerciknya dollar karena jika pentas di panggung pariwisata mereka masih dibayar murah. Akibatnya, mereka tampil apa adanya alias tak berkualitas.
Atas kondisi ini ketiga nara sumber menegaskan seniman Bali bisa dikatakan belum menikmati kemajuan pariwisata Bali.
Justru seniman Bali, mengalami keresahan di tengah gempuran pariwisata Bali. Mereka khawatir seni tradisi tergerus.
Untuk itu mereka minta pemerintah harus bergerak cepat melakukan proteksi. Solusinya, dirikan lembaga edukasi seni budaya di pendidikan formal dan non formal. Kedua, perlu edukasi turis di bali agar memahami budaya dan tradisi Bali. (Sueca/balipost)