NEGARA, BALIPOST.com – Setiap menjelang Hari Raya Galungan, warga Desa Adat Asahduren, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana melaksanakan tradisi nampah kebo atau memotong kerbau sebagai pengganti babi.

Tradisi turun-temurun ini masih dipertahankan hingga kini dan dilakukan secara gotong royong dengan mapatung atau iuran kelompok.

Berbeda dengan desa lain yang biasanya memotong babi menjelang Galungan, warga Asahduren justru memilih kerbau sebagai hewan utama.

Baca juga:  Jelang Pilpres, Ini Dilakukan Kapolresta di Pasar Tradisional

Pada Galungan ini, sebanyak empat ekor kerbau disembelih. Meski jumlahnya lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun krama setempat berupaya tetap mempertahankan tradisi tersebut.

Bendesa Adat Asahduren, I Kadek Suentra mengatakan pada Galungan tahun ini, ada empat ekor kerbau dipotong untuk 80 tanding atau sekitar 150 kepala keluarga.

Setiap satu tanding mengumpulkan dana sebesar Rp 1.070.000. Daging hasil sembelihan kemudian dibagi rata sesuai jumlah peserta yang ikut urunan.

Baca juga:  Lestarikan Aksara dan Tradisi Sastra Melalui Festival Khazanah Lontar Bali

Menurut Suentra, tradisi ini merupakan warisan dari leluhur mereka yang berasal dari Sebudi, Muncan, Karangasem.

Di sana, terdapat pura yang tidak memperbolehkan penggunaan daging celeng (babi) dalam upacara keagamaan, sehingga masyarakat menggunakan daging ayam atau kerbau sebagai alternatif.

Kerbau dipilih agar tumbuh rasa gotong royong diantara krama. Dengan mapatung, hingga proses pemotongan kerbau dan pembagian.

Di samping diolah menjadi berbagai hidangan khas Bali, seperti tum, sate lilit, rawon, dan lawar.

Baca juga:  Dukung Nangun Sat Kerthi Loka Bali

Di Desa Adat Asahduren terdapat sekitar 900 KK. Hampir 70 persen mengikuti tradisi nampah kebo dengan pembagian masing-masing kelompok. (Surya Dharma/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN