Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. (BP/may)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Dalam penanganan tuberculosis (TBC), Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menyebutkan pemerintah saat ini sedang menjajaki penggunaan vaksin TB dan swab PCR.

Ditemui di Nusa Dua, Senin (11/11), Menkes mengatakan pemerintah memiliki 3 strategi dalam menangani TBC, yakni surveilans dengan skrining, vaksin dan pengobatan.

“Untuk mengeliminasi TB, kita harus mengadosi solusi inovatif, meninjau bukti yang ada, dan membangun alat baru yang memungkinkan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan secara dini dan efisien,” ujarnya.

Dari sisi surveilans, inovasi yang dilakukan dengan swab PCR seperti swab COVID-19 yaitu tenggorokan. “Sekarang PCR yang dimiliki saat COVID-19 bisa digunakan. Kalau dulu skrining TBC susah, mesti diambil dari batuknya, sedangkan anak-anak susah batuk,” ujarnya.

Baca juga:  Seluruh Kru KRI Nanggala-402 Terima Kenaikan Pangkat dan Bintang Jasa

Teknologi surveilans dengan PCR sedang diuji coba di Jawa Barat. Selain itu juga ada tekbologi baru dengan USG yang mana alat Ultrasonografi telah ditelah diberikan ke 10.000 puskesmas.

USG dengan bantuan AI, kata Budi, bisa mengidentifikasi pneumonia atau TBC. “Itu juga inovasi yang sedang dicoba, di luar negeri sedang dicoba juga,” ujarnya.

Sedangkan penanganan dari sisi obat dikatakan ia tengah tertarik dengan clinical trial menggunakan satu kali suntik. “Dulu penderita TBC minum obat selama 6 bulan dengan jumlah obat yang cukup banyak tapi ada alternatif lain yaitu dengan suntik atau minum obat selama 1 bulan, dan itu kita juga mau terlibat di clinical trial dan Indonesia sudah terlibat di clinical trial untuk vaksin, nah sekarangrm kita juga mau terlibat di clinical trial di obat,” jelasnya.

Baca juga:  Vaksin Moderna untuk Booster Nakes

Sementara itu, Executive Director of The Union, Casandra Kelly Cirino mengatakan, beberapa negara telah menerapkan inovasi baru dalam sistem kesehatannya. Setiap negara menggunakan sistem yang berbeda-beda. Begitu juga Indonesia memiliki pekerjaan yang sangat berat dalam penanganan TBC.

“Bagaimana meningkatkan perawatan primer dan negara lain dapat belajar dan berbagi pengalaman terkait hal itu,” ujarnya.

Meski demikian menurutnya yang perlu difokuskan pemerintah adalah memperkuat pengenalan perawatan primer kepada masyarakat.

Baca juga:  Evaluasi WKDS, Dokter Spesial Minta Kemenkes Lebih Perhatian

Ditambahkan, CEO FIND, dr. Ifedayo Adetifa mempercepat akses ke diagnostik yang terjangkau dan akurat adalah kunci untuk memungkinkan diagnosis dini dan pengobatan bagi orang dengan TBC. Sehingga dapat memutus rantai penularan dalam komunitas. “Kami berupaya mengembangkan tes diagnostik yang lebih baik, terjangkau, dan bisa diakses di tempat layanan yang akan membantu mengidentifikasi orang yang terkena TBC dengan tepat waktu,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN