Ni Putu Sri Arnita. (BP/Istimewa)

Oleh Ni Putu Sri Arnita

Ancaman krisis melahirkan banyak solusi untuk tetap bisa bertahan menjaga kebertahanan ekonomi kerakyatan. Potensi ekonomi kini bisa digali dari berbagai sektor. Potensi ekonomi yang bermuara pada kearifan lokal juga patut diakomodir.

Bahkan, belakangan ekonomi berbasis kearifan lokal menjadi penggerak ekonomi kerakyatan. Setidaknya, ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal telah berkembang di Desa Peliatan, Ubud, Kabupaten Gianyar.

Di desa ini pergerakan ekonomi berada dalam transisi jaman ke arah serba modern dan pengaruh budaya luar yang semakin kuat. Namun adat istiadat masih sangat kental dan tata cara kehidupan serta budaya tradisional masih mendominasi.

Adat istiadat adalah aktivitas, kepercayaan, atau upacara yang dilakukan secara turun-temurun. Keseharian masyarakat dan setiap upacara adat atau agama di Desa Peliatan tentunya selalu dilengkapi dengan upakara berupa sesajen atau banten.

Membeli piranti upakara merupakan salah satu solusi bagi perempuan Bali yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja tetapi masih tetap menjalankan kewajibannya untuk melestarikan adat istiadat. Maka dari itu, industri rumah tangga pembuat piranti upakara merupakan salah satu usaha yang mulai diminati dan berkembang pesat di Desa Peliatan Ubud. Usaha ini tergolong usaha yang sangat menjanjikan untuk ke depan.

Baca juga:  Desa Wisata Sudaji, Andalkan Kearifan Lokal untuk Pikat Wisatawan

Kelompok serati banten Griya Belong merupakan salah satu kelompok masyarakat produktif secara ekonomi yang berkecimpung di bidang pembuatan piranti upakara yang ada di Desa Peliatan, Ubud. Selama pandemi Covid-19, pesanan piranti upakara sempat mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya pembatasan upacara adat dan agama.

Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan dan pendampingan tentang socio-culture ergonomic melalui pendekatan partisipatori yang berorientasi pada Teknologi Tepat Guna diharapkan dapat menjadi solusi untuk memecahkan permasalahan prioritas pada industri pembuat piranti upakara secara komprehensif, bermakna, tuntas, dan berkelanjutan.

Pelatihan dan pendampingan tentang socio-culture ergonomic yang dimaksud adalah pelatihan dan pendampingan yang berorientasi pada kearifan lokal/budaya setempat disertai dengan perbaikan mekanisme kerja, stasiun kerja, peralatan kerja, manajemen kerja, dan pengendalian bahaya dan risiko K3. Hal tersebut dilakukan agar pekerja kembali produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatannya.

Baca juga:  Dunia Perekonomian Global

Penerapan ergonomi dalam dunia industri mampu memberikan keuntungan secara ekonomi, meningkatkan keselamatan, dan kenyamanan kerja. Adapula istilah good ergonomic is good economic. Maksudnya adalah, apabila ergonomi dapat diterapkan dengan baik dan benar akan dapat memberikan keuntungan ekonomi yang lebih baik. Ini bisa diterima dan dipertanggungjawabkan, karena hasil yang dicapai melalui penerapan ergonomi yang baik dan benar memberikan manfaat yaitu: (1) penggunaan tenaga otot bisa lebih efisien; (2) pemanfaatan waktu lebih efisien; (3) kelelahan berkurang; (4) kecelakaan kerja berkurang atau dapat ditiadakan; (5) penyakit akibat kerja berkurang; (6) kenyamanan dan kepuasan kerja meningkat; (7) efisiensi kerja meningkat; (8) mutu produk dan produktivitas kerja meningkat; (8) kesalahan kerja berkurang dan kerusakan dapat diminimalkan; (9) pengeluaran biaya untuk mengatasi akibat dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dikurangi yang konsekuensinya biaya operasional dapat ditekan.

Industri rumah tangga pembuat piranti upakara sampai saat ini masih banyak diminati oleh masyarakat Desa Peliatan, Ubud. Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka perlu adanya langkah-langkah serius dari pihak-pihak terkait (masyarakat Hindu Bali, akademisi, tenaga kesehatan, dan pemerintah) untuk mempertahankan eksistensi tradisi kearifan lokal pembuatan piranti upakara ini sebagai penyelamatan identitas wanita Hindu Bali dalam gempuran globalisasi.

Baca juga:  Strategi Menjaga Nilai Tukar Petani

Tidak banyak orang yang mampu menekuni pekerjaan membuat piranti upakara karena membutuhkan keahlian khusus dengan tuntutan beban kerja yang kompleks dan rumit. Oleh sebab itu, perlu adanya regenerasi untuk mempertahankan eksistensi pembuatan piranti upakara tersebut.

Khususnya di Bali, sekaa teruna dinilai dapat menjadi tombak keberlanjutan khususnya dalam upaya pelestarian kearifan lokal khususnya pembuatan piranti upakara agar tetap ajeg dan lestari. Jika tidak diwariskan sesegera mungkin, maka lambat laun pembuatan piranti upakara akan semakin menghilang. Untuk sekadar membeli pun juga akan kesusahan karena tidak ada generasi muda yang mewarisi keahlian para tetua dalam hal pembuatan piranti upakara ini.

Penulis, Dosen Universitas Bali Dwipa

BAGIKAN