Ketua KPU Bali, I Dewa Agung Gede Lidartawan. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pilkada serentak di Bali menjadi momentum penyelamatan Bali lima tahun ke depan. Ironisnya, Gen Z sebagai generasi penentu belum solid bahkan cenderung apatis terhadap Pilkada.

Generasi penentu dengan karakter inovatif dan tidak fokus ini cenderung dijadikan objek politik bukan subjek politik. Keterpilihan terhadap calon pemimpin Bali 27 November mendatang sangat tergantung pada dukungan pemilih milenial dan Gen Z.

Dari total pemilih 3.294.880 sekitar 56 persen adalah pemilih Gen Z. Sebaran generasi ini dominan ada di dunia kampus danal anak-anak kelas XII di SMA.

Survai terhadap para pemilih ini menunjukan indikasi ketertarikan generasi ini terhadap Pilkada relatif rendah. Bahkan, menurut For Your Page (FYP) generasi ini sangat minim terpapar isu-isu politik pilkada. Gen Z cenderung tertarik pada isu lingkungan bukan dalam artian pertanian, teknologi dan cenderung tidak fokus.

Baca juga:  Nasional Tambah Empat Puluhan Ribu Kasus COVID-19

Mereka generasi aktif dan inovatif namun dalam konteks pilkada hak politiknya belum konektif. Pandangan ini mengemuka saat seminar Bali Memilih: Gen Z Penentu Pilkada serangkaian HUT ke-76 Bali Post di Ruang Gunapriya Dharmapatni Mandapa (GDM) 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa (FKIK Unwar), Kamis (8/8).

Para narasumber Ketua KPU Bali, I Dewa Gede Agung Lidartawan, Ketua Yayasan Universitas Warmadewa Prof. Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si, Pengamat Politik Fisip Unud Dr. Kadek Dwita Apriani, S.Sos., M.I.P, Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Bali, Budiharjo, Ketua BEM Universitas Udayana Wayan Tresna dan Ketua BEM Universitas Warmadewa Surya Adhytia Darma.

Ketua KPU Provinsi Bali, I Dewa Agung Gede Lidartawan mengungkapkan bahwa angka 56% pemilih yang dikuasi Gen Z ini sudah melebihi suara 50+1 untuk menjadikan calon sebagai kepala daerah. Sehingga, apapun yang diinginkan Gen Z dalam Pilkada 2024 pasti akan tercapai. Oleh karena itu, pihaknya mengajak seluruh Gen Z untuk hadir ke TPS pada 27 November 2024.

Baca juga:  Tarif Listrik akan Naik Mulai 1 Juli

Guru Besar FISIP Unwar, Prof. Dr. Drs. Anak Agung Gede Oka Wisnumurti, M.Si., berpandangan bahwa 56% suara yang berada di tangan Gen Z akan menjadi pembahasan oleh masyarakat maupun para calon kepada daerah.

Sehingga, Gen Z akan diposisikan sebagai objek strategis untuk digarap. Gen Z akan diposisikan hanya sebagai pihak pemilih calon kepala daerah. ‘’Kondisi ini hars dibalik. Pemilih Gen Z jangan jadi objek politik melainkan dengan kekuatan 56 persen harus menjadi subjek politik. Sebagai penentu Gen Z harus bersatu dan berdaulat. Daya tawar Gen Z harus dibangun. Bila perlu membangun daya tawar politik yang terukur dan jelas,’’ sarannya.

Guru Besar Fisip Unwar, Prof Dr Drs Anak Agung Gede Oka Wisnumurti MSi. (BP/eka)

Sayangnya, menurut Wisnumurti hal ini tidak terjadi. Sebab, Gen Z tidak tahu apa yang mesti mereka lakukan. Gen Z masih menganggap seolah-olah pilkada adalah bahasa elitis yang hanya mendiskusikan tentang pilkada adalah hanya mereka yang ada di kelompok
elite. Seperti pimpinan politik, calon kandidat, KPU, maupun akademisi. Sehingga, bahasa maupun urusan politik seolah-olah bukan bahasa dan urusan Gen Z.

Baca juga:  Gubernur Koster Komit Bangun SDM Unggul

Kedua sisi yang berbeda dari Gen Z ini menjadi problem besar bagaimana tanggung jawab mereka terhadap bangsa dan negara sebagai warga negara yang baik.
Oleh karena itu, pihaknya berharap kepada kekuatan anak-anak muda agar memanfaatkan momentum Pilkada untuk memilih pemimpin yang berkualitas di Bali hingga 5 tahun ke depan.

Untuk itu, pemuda harus ikut berpartisipasi dalam Pilkada nanti. Tidak hanya sebagai pemilih, tetapi ikut terlibat sebagai penyelenggara. Tidak saja menjadi petugas TPS maupun KPPS tetapi menjadi pemantau juga bisa. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN