TABANAN, BALIPOST.com – Dikenal sebagai lumbung pangan Bali, kabupaten Tabanan tentu memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang luar biasa. Namun tak dipungkiri, tantangan alih fungsi lahan masih dikhawatirkan bisa terjadi.

Untuk mencegah hal itu terjadi, berbagai terobosan maupun kebijakan telah digulirkan untuk bisa membendung kekhawatiran tersebut. Salah satunya gagasan yang coba tengah digarap oleh Desa Megati, Kecamatan Selemadeg Timur.

Desa ini diwacanakan menjadi kampung alpukat. Sebagai tahap awal, telah ditanam 5 hektar pohon alpukat oleh komunitas Kerta Bumi Tani.

Perbekel Desa Megati, Dewa Nyoman Sukerta mengatakan, Desa Megati sudah dikategorikan sawah tadah hujan, sehingga kerap terkendala air saat musim kemarau. Dampak dari hal itulah banyak lahan petani yang terbengkalai.

Baca juga:  Desa Adat Banjarangkan Kukuhkan Awig-awig

Dipilihnya komoditi alpukat karena superfood ini banyak diminati oleh masyarakat. Sebab alpukat adalah makanan sehat karena mengandung lemak tak jenuh.

Selain itu bisa juga dijadikan produk kecantikan. Karena banyak fungsinya alpukat pun harganya menjanjikan. Untuk pasaran sekarang tembus di angka Rp50.000 per kilogram.

Sejauh ini kata dia, untuk awal dari wacana itu sudah ada 5 hektar lahan yang ditanam oleh komunitas. Tanaman saat ini sudah berusia 1 tahun. Diharapkan nantinya masyarakat yang lain bisa ikut menanam.

Menurutnya untuk bisa mewujudkan Desa Megati menjadi kampung alpukat, generasi muda pun sudah diberikan pemahaman. Tak hanya mengandalkan kerja di luar saja, namun diminta juga ikut memperhatikan tanah kelahiran, karena nanti saat pulang dari bekerja otomatis akan pulang ke kampung halaman.

Baca juga:  Desa Adat Selulung Miliki Tradisi Ngaturang Bakti Pangeleb

Diakuinya untuk menjadikan Desa Megati kampung alpukat, telah dipilih menanam alpukat jenis miji dan kuba. Alpukat ini adalah alpukat mentega terbaik karena rasanya enak dan legit.

Dua jenis alpukat ini memang cocok ditanam di dataran rendah seperti di Desa Megati yang memiliki ketinggian 106 meter di atas permukaan air laut.

Mengingat perlu waktu tiga tahun untuk bisa menikmat panen alpukat, disela-sela tanaman alpukat lewat komunitas yang sudah ada telah pula ditanam pohon pepaya dan cabai. Sehingga sembari menunggu alpukat panen, petani sudah bisa menikmati hasil dari pepaya dan cabai tersebut.

Baca juga:  Tingkatkan Kepercayaan Masyarakat, Perbankan Harus Lakukan Terobosan

Salah satu petani yang sudah menanam alpukat di Desa Megati yakni I Gede Eka Karmada. Jenis alpukat yang sudah dikembangkan bervariasi mulai dari alpukat miji, alpukat kuba dan alpukat enam long.

Disebutkan panen alpukat ini biasanya membutuhkan waktu sekitar 3 tahun. Satu pohonnya bisa menghasilkan puluhan kilogram alpukat dan bisa dipanen berkelanjutan. (Puspawati/balipost)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN