GIANYAR, BALIPOST.com – Desa Adat Keramas, Kabupaten Gianyar menggelar upacara penyejeg jagat. Upakara ini dilakukan setelah terakhir kali dilakukan 34 tahun yang lalu. Upacara ini dirangkaikan dengan Karya Agung di empat Pura Kahyangan Desa Adat Keramas, yakni Pura Puseh Desa, Pura Ulun Desa, dan Pura Patirtan Naga Kunci.

Upacara dengan sarana banten penyejeg jagat ini dilaksanakan dalam dudonan upacara terpisah, seperti dalam upacara Padudusan Agung, Nubung Pedagingan, Tawur Agung, Menawa Ratna, Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Keseluruhan dudonan upacara tersebut secara filosofis untuk ngrastitiang jagat, khususnya Desa Adat Keramas yang bertujuan untuk mengembalikan keharmonisan dibidang parahyangan, palemahan dan pawongan.

Baca juga:  Desa Adat Batu Agung Telurkan “Pararem” Penanggulangan Narkoba

Pelaksanaan karya dilakukan dengan tingkatan utama, dengan menggunakan sarana wewalungan kebo sebanyak empat ekor, sapi, kambing warna warni, penyu, babi, angsa, itik, dan ratusan ayam warna-warni. Karya melibatkan sebanyak 25 sulinggih dengan Wiku Yajamana Ida Pedanda Putra Kekeran.

Rangkaian karya dimulai sejak 9 Januari 2024, dengan upakara matur piuning dan pejaya-jaya panitia karya. Kemudian upakara Marisudha Setra, caru pengeruak dan nyukat genah sanggar tawar serta sanggar agung, melaspas wewangunan, nunas tirta pewangsuh, negtegan, mepada alit, rsi gana disertai melaspas agung dan nubung pedagingan.

Baca juga:  PDIP Gianyar Tambah Enam Kursi di DPRD, Munculkan “Newcomers”

Upakara kemudian dilanjutkan di bulan Maret dengan mendak Ida Bhatara Pengerajeg, melaspas bagia Pula Kerti, Melasti, Pakelem di Gunung Agung dan Danau Batur, Meras Alas, Tawur Agung dan Menawa Ratna. Untuk puncak karya dilakukan pada 19 Maret, yang kemudian dilanjutkan dengan upakara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini, Mekebat Daun dan Nangun Ayu, Nyenukin, Rsi Bojana dan  upakara penyineban pada 31 Maret 2024. Dilanjutkan dengan upakara nyegara gunung, Ngruak Setra dan asasih pitung rahina karya.

Bandesa Adat Keramas, I Nyoman Puja Waisnawa mengatakan keseluruhan rangkaian karya tersebut merupakan bagian dari upacara penyegjeg jagat. Penyegjeg adalah upacara atau banten yang digunakan atau persembahkan pada upacara mamungkah dan mapadudusan. Upacara penyejeg jagat yang dilakukan ini menyesuaikan pengurip bumi, yakni 33 tahun.

Baca juga:  Desa Adat Banjarangkan Gelar Tradisi "Mececingak"

Upacara ini diprediksi menghabiskan biaya Rp6 miliar. Sumber dana diperoleh dari pepeson krama adat sebanyak Rp2 juta, punia krama, pengusaha termasuk bantuan dari pemerintah, baik pemerintah kabupaten maupun pemerintahan Desa Dinas Keramas. Punia yang diberikan krama adat baik dalam bentuk uang maupun barang. (Agung Darmada/balipost)

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN