Pasraman Gunamanta Widya Dharma, Desa Adat Keramas menyelenggarakan pasaraman kilat, mendidik anak-anak dalam memperkuat budaya dan agama Hindu, selama tiga hari 14-16 Nopember 2025. (BP/dar)

GIANYAR, BALIPOST.com – Sebanyak 36 orang siswa, terdiri dari anak-anak, dengan wajah ceria menerima piagam sebagai tanda telah mengakhiri kegiatan program Pasraman Kilat, sebagai salah satu Pendidikan non formal, dalam memperkuat budaya dan agama Hindu, yang diselenggarakan oleh Pasraman Gunamanta Widya Dharma, Desa Adat Keramas, kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Minggu (16/11).

Mereka yang merupakan utusan sekolah dasar di Desa Adat Keramas, selama tiga hari telah mengikuti program pasraman kilat yang secara rutin diselenggarakan oleh Desa Adat setempat. Tahun 2025, siswa yang ditamatkan oleh Pasraman Gunamanta Widya Dharma, Desa Adat Keramas, merupakan Angkatan yang ke -IV, yang diselenggarakan pada hari Jumat, 14 Nopember hingga hari Minggu 16 Nopember 2025.

Baca juga:  BMTH akan Dilengkapi Fasilitas Hiburan dan Kampus Internasional

Bertempat di Wantilan Pura Puseh/Desa, dengan berpakian adat, anak-anak diberikan pelatihan dan penguatan budaya dan agama Hindu dari acarya/pemateri dari penyuluh agama Hindu Kabupaten Gianyar, dan beberapa praktisi dari desa setempat.

Adapun materi -materi yang diberikan, mulai dari pengenalan Panca Saradha, Budi Pakerti, Tri Hita Karana, Panca Yadnya, Tata Kramaning Sembah (doa sehari-hari), Yoga Asana, dan Ketrampilan Hindu dengan memperkenalkan dan membuat alat-alat upacara.

Baca juga:  Waspada Difteri, Banyuwangi Galakkan Budaya Hidup Bersih

Bandesa Adat Keramas, I Nyoman Puja Waisnawa, mengatakan bahwa program pasraman ini merupakan amanat dari Pemerintah Provinsi Bali, Gubernur Bali Wayan Koster, yang sejak empat tahun lalu diturunkan ke desa adat melalui program ABPD Semesta Berencana.

Program ini disambut baik oleh prajuru desa adat Keramas, melalui implementasi pasraman kilat yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat budaya dan agama Hindu Bali, terutama kepada anak-anak, yang merupakan generasi alfa, yang lebih dominan bermain dengan gadget.

“Kekhawatiran pada eksistensi budaya dan agama Hindu kedepan ini, menjadi salah satu pertimbangan kami di prajuru desa adat, untuk mengadakan kegiatan Pasraman kilat ini,” katanya.

Baca juga:  Ortu Khawatirkan Siswa Belajar di Gedung Keropos

Peserta yang merupakan anak-anak SD ini merupakan generasi yang akan melestarikan budaya dan agama Hindu kedepan. Sehingga, mereka ini merupakan fondasi bagi desa adat dalam mengajegkan budaya dan agama Hindu Bali. Diera saat ini, langkah konkrit pelestarian melalui program pasraman sangat penting dilakukan. “Dari mereka ini kiranya dapat mengetuktularkan kepada teman-teman sebayanya di bangku sekolah dan ruang bermain dilingkungannya,” katanya. (gungdharmada/balipost)

 

BAGIKAN