MANGUPURA, BALIPOST.com – Jika di Sesetan kita mengenal tradisi omed-omedan di Badung khususnya krama Desa Adat Semate, Desa Abian Base, Mengwi, Badung dikenal tradisi Mbed-mbedan. Pelaksanaannya tetap pada Ngembak Geni pada Selasa (12/3).

Tradisi ini merupakan peringatan terbentuknya Desa Adat Semate. Pelaksanaannya sejenis tarik tambang yang dilakukan krama desa di depan Pura Desa lan Puseh Desa Adat Semate. Dua kelompok krama yang mengenakan pakaian adat saling tarik-menarik bun yang diikatkan pada tali.

Bendesa Desa Adat Semate, I Gede Suryadi menuturkan tradisi Mbed-mbedan adalah warisan budaya para leluhur yang telah dilaksanakan sejak terbentuknya desa ini. Namun tradisi ini mulai kembali dilaksanakan secara rutin sejak 2009. Ini dilakukan setelah ditemukannya Purana desa dan tradisi terbentuknya desa. “Sejak itulah kami mulai memahami bahwa Mbed-mbedan itu tujuannya adalah untuk memperingati terbentuknya Desa Adat Semate. Semate puniki se-hidup se-mati,” tutur Suryadi yang juga sebagai pemamgku di Pura Desa lan Puseh Desa Adat Semate, Selasa (12/3).

Baca juga:  Tetabuhan Gong Bali Iringi Perayaan Imlek di Singaraja

Aksi tarik menarik dua kelompok krama menggunakan tanaman merambat yang dinamakan Bun Kalot. Tanaman ini bentuknya seperti tali dan tumbuh di Setra Desa Adat Semate. Bun dipilih dikarenakan pada zaman dulu, saat tetua melakukan Mbed-mbedan tidak ada tali.

Sehingga pelaksanaannya menggunakan Bun Kalot yang ada di desa tersebut. Keberadaan tanaman tersebut tetap dilestarikan agar simbolis dari tradisi Mbed-mbedan ini dapat dipakai tiap tahunnya. “Dari awal pelaksanaan Mbed-mbedan, para tetua kami menggunakan Bun Kalot. Bun Kalot itu tanaman merambat yang tumbuh di Setra Adat Semate,” terangnya.

Baca juga:  Pakai Narkoba Karena Kerja Jadi Bendesa Adat Berat

Lebih lanjut dipaparkan juga rangkaian dari tradisi Mbed-mbedan, yang diawali dengan persembahyangan bersama. Pada kesempatan ini krama menghaturkan tipat dan bantal untuk persembahan. Setelah persembahyangan barulah dilakukan Mbed-mbedan. Ini merupakan simbolisasi dari tarik ulur pendapat didalam musyarawarah saat pembuatan nama Semate. Usai pelaksanaan Mbed-mbedan, dilakukan makan bersama dan diakhiri dengan salam saling maaf-memaafkan antar krama.

Secara singkat, dijelaskan juga isi dari Purana terbentuknya desa. Dimana awalnya tempat desa berdiri adalah hamparan hutan yang banyak ditumbuhi kayu putih. Oleh sejumlah warga wilayah tersebut ditempati, juga dibangun tempat pemujaan untuk memohon keselamatan dan diberi nama Putih Semate. Nama Putih diambil dari banyaknya tanaman kayu putih disekitar dan, Semate sendiri berasal dari ketetapan hati para warganya untuk se-hidup se-mati menempati tempat tersebut. (Eka Adhiyasa/balipost)

Baca juga:  Ajang Silaturahmi, Tuban Gelar Pasar Majelangu

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *