Dwi Yustiani, SST., M.M. (BP/Istimewa)

Oleh Dwi Yustiani, SST., M.M.

Pariwisata Bali acap kali diperdengarkan sebagai salah satu lokus utama pariwisata nasional yang sangat sensitif mengalami tekanan eksternal dan internal. Hal ini diduga karena target pasar utama pariwisata Bali adalah wisatawan mancanegara (wisman). Bali berupaya tumbuh dan bangkit serta mengimpresi segala lini, dan mampu membuktikan ketangguhan dan keberlanjutan dari pariwisata Bali itu sendiri.

Ditambah dengan telah diberlakukannya tourist levy sebagai upaya penuh dalam menjaga keberlanjutan pariwisata Bali tidak bisa dipandang mudah, tentu upaya sosialisasi penuh, akuntabilitas dan transparansi pengelolaan, dan backup regulasi menjadi senjata penting dalam menjalankan kebijakan ini.

Pada tahun 2023, Bali mampu mendatangkan wisatawan mancanegara jauh melampaui target yang telat ditetapkan. Sebanyak 5.273.258 wisman datang langsung ke Bali melalui 3 pintu masuk utama, Bandara I Gusti Ngurah Rai, Pelabuhan Benoa, dan Pelabuhan Celukan Bawang Singaraja, atau sekitar 45,16 persen dari total wisman yang masuk ke Indonesia. Capaian ini sudah melampaui target wisman yang telah ditentukan sebanyak 4,5 juta wisman. Tentu jumlah riil dari wisman yang datang ke Bali melalui pintu domestik perlu diperhitungkan juga.

Berdasarkan data wisman yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, terjadi anomali pada kedatangan wisman di tahun 2023. Secara persentase, justru porsi kedatangan wisman langsung ke Bali di tahun 2023 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2019 sebelum pandemi terjadi. Wisman yang masuk ke Indonesia melalui pintu Bali di tahun 2019 hanya sekitar 38,96 persen.

Baca juga:  Pascapandemi COVID-19, CHS Jadi Tagline Pariwisata

Namun di tahun 2023, persentasenya naik menjadi 45,16 persen. Meskipun secara kuantitas, jumlah wisman ke Bali tahun 2023 hanya 84 persen dari capaian 2019, namun dari sisi pintu kedatangan meningkat drastis di tahun 2023. Ini menjadi prestasi bagi Bali, sebagai wilayah destinasi pariwisata yang tentu akan sangat dirindukan oleh wisatawan asing. Penobatan Bali sebagai pulau terbaik di Asia tahun 2023 versi Readers’ Choice Awards 2023 Conde Nast Traveller bahkan mampu mengalahkan Phuket, Thailand.

Dari sisi pangsa pasar wisman Bali, terdapat perubahan pangsa pasar utama wisman jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19. Selama tahun 2023, pangsa pasar utama wisman Bali berasal dari kawasan Eropa yakni 1,4 juta wisman. Hal ini sedikit berbeda jika dibandingkan kondisi di tahun 2019 yang utamanya didominasi oleh wisman dari kawasan Asia. Apabila dikaitkan dengan pola perjalanan wisman berdasarkan hasil Passenger Exit Survey 2022 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik RI, dimana menyatakan bahwa durration of visit atau rata-rata lama tinggal wisman dari Eropa lebih panjang dibandingkan oleh wisman Asia.

Baca juga:  Gubernur Koster Tegaskan Hulunya Pariwisata Bali adalah Budaya 

Wisman Eropa memiliki rata-rata lama tinggal sebanyak 14 hingga 15 hari, sementara wisman dari kawasan Asia hanya memiliki rata-rata lama tinggal sebanyak 7 hingga 8 hari. Berdasarkan kuantifikasi tersebut, memaknai perubahan pasar wisman yang datang ke Bali di tahun 2023 agaknya mengarah ke arah positif. Harapan besar yang ada adalah dengan lamanya waktu tinggal, maka spending atau pengeluaran yang ditimbulkan oleh hal tersebut menjadi lebih tinggi lagi. Dampak ekonomi akan semakin terasa, meski hanya baru didasarkan atas satu faktor wisman ini saja.

Bisnis pariwisata yang didominasi oleh jasa akomodasi dan makan minum semakin bergeliat dan menumbuhkan efek domino yang akan lebih besar lagi. Data Passenger Exit Survey juga memberikan gambaran bahwa berdasarkan distribusi pengeluaran yang ditimbulkan oleh sekali perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisman menunjukkan bahwa 39,36 persen dari total pengeluaran wisman diperuntukkan pada pengeluaran akomodasi, dan 29,06 persen diperuntukkan untuk pengeluaran makan dan minum.

Dari struktur pengeluaran tersebut, porsi pemandu wisata menduduki porsi terendah dari pengeluaran wisman yakni hanya 0,36 persen. Hal ini nampaknya bisa menjadi konsen bahwa profesi pemandu wisata menjadi prioritas akhir bagi perjalanan wisata yang dilakukan oleh wisman.

Baca juga:  Merawat Pancasila dan Cita Kebangsaan

Pengetahuan akan pasar wisman khususnya menjadi peran yang cukup krusial bagi industri pariwisata di Bali. Pasalnya, entitas ini menjadi poin penting bagi bertumbuhnya sektor pariwisata Bali khususnya. Meskipun pada kenyataannya entitas wisatawan domestik acap kali dipandang sebagai pahlawan di tengah menurunya kuantitas wisman. Namun, pada kenyataannya pariwisata Bali masih sangat bergantung pada wisatawan mancanegara.

Wisman memainkan peran sentral bagi industri pariwisata Bali. Wisman menjadi entitas utama yang mampu memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi perekonomian Bali jika dilihat dari spending yang ditimbulkan. Wisman menjadi entitas utama yang akan menggerakkan ke tiga belas bisnis pariwisata dengan dominansi jasa akomodasi dan makan minum.

Wisman juga menjadi entitas utama dalam pendiversifikasian pasar, dan mampu mengurangi ketergantungan akan pasar tertentu. Wisman sebagai entitas utama juga akan memiliki peran dalam keberlanjutan pariwisata Bali, salah satunya didasarkan pada kontribusinya dalam pungutan wisman yang dimulai pada tanggal 14 Februari 2024 ini, yang memiliki misi utama untuk perlindungan budaya yang akan diaplikasikan dalam upaya pemeliharaan dan pengembangan budaya, konservasi alam Bali, pengembangan infrastruktur, mengurangi dampak overtourism, dan pemberdayaan ekonomi lokal.

Penulis, Statistisi Muda di Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *