TABANAN, BALIPOST.com – Desa Adat Yeh Gangga, Desa Sudimara, Kabupaten Tabanan terus berbenah untuk lebih menggeliatkan potensi Pantai Yeh Gangga yang dimilikinya.

Selain terkenal dengan panorama yang indah dan hasil tangkapan lobsternya, pihak desa adat terus mengembangkan potensi wisata lainnya yang memungkinkan bisa dikembangkan di lokasi tersebut. Apalagi belakangan ini sejumlah wisatawan mulai banyak yang melakukan aktivitas surfing di salah satu pantai ternama di Tabanan ini.

Tak hanya berkecimpung menjadi nelayan, krama Desa Adat Yeh Gangga juga masih ada yang tetap bergerak di sektor pertanian. Tak salah jika saat para nelayan tidak bisa melaut lantaran adanya gelombang tinggi dan faktor cuaca lainnya, mereka masih bisa kembali menggarap lahan pertanian mereka. Hamparan hijau pertanian tampak menyambut wisatawan saat baru memasuki wilayah Desa Adat Yeh Gangga.

Baca juga:  Desa Adat Tegenan Gelar “Pasraman” Pakis

Bendesa Adat Yeh Gangga, I Ketut Dolio mengatakan, dengan didukung oleh dua banjar yakni Banjar Yeh Gangga Kangin, Banjar Yeh Gangga Kawan yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan dan pertanian, pihaknya terus berupaya mengembangkan potensi wisata yang ada, khususnya saat ini pengembangan pantai di bagian barat untuk aktifitas surfing.

Selain surfing, kini desa adat setempat juga mencoba menggaet tamu yang memiliki hobi kuliner. Apalagi saat sekarang kawasan pantai sudah banyak ditata dan banyak disediakan tempat kuliner.

Baca juga:  Krama dan Yowana Bali Dukung Implementasi Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali

Lanjut Jero Bendesa, Yeh Gangga terkenal akan hasil ikan lautnya terutama lobster. Pihaknya ingin mengembangkan wisata kuliner berbahan dasar ikan laut tentunya dengan melibatkan krama adat.

Yang menarik pula, tak hanya pemandangan pantainya yang indah, di kawasan Pantai Yeh Gangga, juga terdapat konservasi penyu, untuk mendukung obyek wisata yang ada. Harapannya, bisa menambah kunjungan ke obyek wisata di Yeh Gangga.

Ketut Dolio mengatakan, tujuan awal konservasi ingin membuat tambahan obyek wisata baru selain sudah ada wisata surfing. Dia menambahkan kini masyarakat tidak usah jauh-jauh lagi melihat konservasi penyu, bahkan tiketnya juga tidak mematok harga. Bisa bayar seikhlasnya untuk biaya perawatan.

Baca juga:  Desa Adat Sala akan Gelar “Magobag-gobagan”

Dia menambahkan,  jika sedang musim, di sepanjang Pantai Yeh Gangga memang kerap kali ditemukan penyu bertelur. Sayangnya sebelum ada tempat konservasi, banyak yang dimakan anjing. Dengan adanya keberadaan konservasi ini, otomatis penyelamatan hewan dilindungi tersebut bisa dilakukan dalam jangka panjang.

Dengan adanya konservasi di bawah naungan Desa Adat Yeh Gangga ini, seluruh telur penyu yang sebelumnya kerap dimakan anjing bisa diselamatkan. Bahkan petugas konservasi juga memberikan imbalan kepada masyarakat, jika menemukan sarang telur. (Puspawati/balipost)

Simak selengkapnya di video

BAGIKAN