Beberapa wisatawan mancanegara (wisman) jalan-jalan menikmati suasana Pantai Batu Bolong, Badung. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – November dan Desember menjadi musim low season pariwisata di Bali. Jumlah kunjungan wistawan mancanegara menurun. Sementara kondisi ekonomi global, juga berpengaruh pada menurunnya “buying power” (daya beli) wisman. Pengelola harus bersiasat menghadapi kondisi ini.

GM Adiwana Bisma Ubud Gusti Ngurah Swijana, Kamis (21/12) mengatakan, area Ubud dikatakan masuk periode low season. Hal itu menurutnya akibat kondisi global, politik, dan perang.

Dibandingkan sebelum pandemi yang mana okupansinya 70-85 persen, saat ini okupansi hotelnya 80 persen dan rata-rata okupansi hotel di Ubud 70-an persen. “Sepi sih tidak karena harga masih bertahan, cuma menurun dari bulan-bulan sebelumnya,” ujarnya.

Melihat kondisi tamu dengan buying power menurun, maka Swijana menurunkan harga kamar dari awal bulan sampai pertengahan Desember. “Setelah tanggal 20 harga kita normalkan karena demandnya naik lagi,” ujarnya.

Periode November-Desember yang dikenal dengan low season, membuat wisman tidak khawatir tidak mendapat kamar hotel sehingga mereka melakukan last minute booking 2-3 hari sebelum kedatangan ke hotel. “Jadi mereka utamakan mencari tiket dulu di negaranya,” imbuhnya.

Baca juga:  Kunjungan Wisatawan Naik, Pengusaha Belum Bisa Bayar Hutang

Swijana menuturkan, awal Desember okupansi hotelnya hanya 55 persen. Namun, dengan fenomena tamu last minute booking tinggi, ia memproyeksi okupansi hotel closing 80 persen untuk bulan ini. Untuk tetap menjaga keterisian kamar, ia berupaya meng-“grab” wisatawan domestik karena bagi wisatawan domestik merupakan periode liburan.

Swijana mengatakan, selain menggarap pasar domestik, saat periode low season ini, pihaknya menggarap wisatawan dari Korea dan India. Wisatawan Korea maupun India ini tidak hanya memilih wilayah pantai tapi juga pedesaan.

Menurutnya, pariwisata Bali saat ini mengalami dinamika cukup signifikan yang mana dulunya wisatawan Australia menduduki peringkat tertinggi ke Bali, kini Bali juga dibanjiri wisatawan dari India dan Korea.

Sementara Pelaku Usaha pariwisata yang me-manage puluhan properti di Bali, Sudirga Yusa, Kamis (21/12) mengatakan, memang musim berwisata untuk destinasi-destinasi wisata seperti Bali akan sangat dipengaruhi oleh musim liburan, seperti liburan sekolah, libur Natal dan Tahun Baru, libur musim Panas dan lain sebagainya.

Baca juga:  Kisah Inspiratif "Kartini" GO-JEK

“Tentu semua insan pariwisata baik itu hotel atau restaurant dan jasa wisata perjalanan & aktivitas berupaya menstabilkan usahanya agar tidak terlalu kedodoran pada saat low season (musim sepi berwisata),” ujarnya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kestabilan yang mungkin bisa dilakukan antara lain, mix market, karena tidak semua negara memiliki waktu berlibur yang sama. Contoh pada bulan November sampai awal Desember ia bisa mencari market dari Korea dan India, karena musim berbulan madu bagi para wisatawan dari negara-negara tersebut.

Bisa juga memaksimalkan potensi wisatawan domestik, mengingat domestik market dapat berlibur dalam durasi yang lebih singkat, seperti weekend atau akhir pekan. “Dan tentu dari upaya-upaya meningkatkan tingkat hunian dan penjualan yang maksimal di periode low season,” ujarnya.

Baca juga:  Melukat di Umanis Galungan Disebut Salah Kaprah, Begini Kata Sulinggih

Tiap perusahaan juga dapat melakukan hal-hal yang meningkatkan kualitas layanan atau produknya untuk waktu ke depan, antara lain refreshing product, melakukan maintenace/project sehingga produk tetap fresh dan dapat bersaing untuk waktu yang akan datang, retraining team, melakukan upaya menyegarkan terhadap komponen sumber daya manusianya melalui kegiatan- kegiatan workshop/training atau bahkan  gathering untuk menyamakan visi dan misi untuk tahun selanjutnya.

Selain itu, sangat diperlukan kepekaan dari masing-masing pengelola jasa wisata hotel atau resto dan perjalanan/aktivitas wisata untuk tetap bisa melakukan efisiensi terhadap biaya- biaya yang terjadi pada usahanya. Hal ini tidak saja dilakukan pada musim low season saja tapi juga tetap dimonitor pada musim-musim normal bahkan musim high/peak season juga. (Citta Maya/balipost)

 

BAGIKAN