Sejumlah peralatan pertanian yang dipajang di Museum Subak. (BP/dok)
TABANAN, BALIPOST.com – Museum subak yang berlokasi di Sanggulan Tabanan selama ini selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelajar. Mereka ingin mengetahui tentang sistem persubakan di Bali khususnya di Kabupaten Tabanan.

Ketika musim liburan, jumlah siswa yang berkunjung ke Museum Subak biasanya ramai. Namun saat ini kondisinya berbeda.

Pengunjung turun drastis, dan hingga 21 Desember 2017, hanya tercatat sekitar 4.105 orang. Padahal sepanjang tahun 2016, tingkat kunjungan 5.428 orang.

Kepala UPTD Museum Subak, Ida Ayu Ratna Pawitrani mengatakan, salah satu indikasi penyebab turunnya tingkat kunjungan dari para pelajar ini yakni adanya kecemasan para guru terkait larangan penggunaan dana bos untuk kegiatan studi tur. Guru juga tidak berani memungut uang dari siswa sejak adanya tim saber pungli. “Memang ada kekhawatiran dari guru sehingga mereka tidak berani memungut uang untuk kegiatan studi tur termasuk ke museum subak karena takut dinilai pungli,” ungkapnya, Kamis (28/12).

Baca juga:  Abrasi di Pantai Medewi Mulai Ditangani

Dari hasil koordinasi dengan dinas pendidikan, pihak terkait tidak pernah melarang pihak sekolah yang memang memiliki agenda studi tur. Sepanjang sudah melakukan koordinasi dengan komite sekolah.

Karena pendidikan luar sekolah juga sangat berperan dalam kemajuan pendidikan anak-anak di sekolah. “Sebenarnya tidak ada larangan melakukan studi tur, selama sepengetahun komite sekolah sebagai orang tua siswa, dan ada pertanggungjawabannya,” sebutnya.

Meski kunjungan siswa atau wisatawan domestik mengalami penurunan, kondisi berbeda terjadi pada kunjungan wisatawan mancanegara. Jumlah wisatawan asing rata-rata perhari ada 10 orang. “Belakangan ini naik rata-rata 20-25 orang, meski tidak tiap hari, tetapi terkadang kami juga menerima jumlah yang cukup banyak,” ungkapnya.

Baca juga:  Tiongkok Larang Warganya ke LN, Kunjungan ke Tirtagangga Turun 30 Persen

Dirinya pun mengakui mulai adanya peningkatan kunjungan wisatawan asing sejak 2015 dan 2016. Saat itu banyak travel agent yang melakukan survei dan memasukkan paket kunjungan ke Museum Subak. “Sempat tidak ada beberapa hari, saat bandara ditutup akibat erupsi Gunung Agung, tetapi setelah itu ramai lagi,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *