Desa Adat Geluntung, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan menggelar Karya Agung, Dewa yadnya, Ngenteg Linggih, Mapedudusan Agung, Mapeselang Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama lan Ngusaba Desa, Ngusaba Nini, Sabtu (9/9). (BP/Istimewa)

TABANAN, BALIPOST.com – Dalam upaya pelestarian adat, agama dan seni budaya, sekaligus perwujudan bhakti dan penghormatan kepada para leluhur, krama Desa Adat Geluntung, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan menggelar Karya Agung, Dewa yadnya, Ngenteg Linggih, Mapedudusan Agung, Mapeselang Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama lan Ngusaba Desa, Ngusaba Nini, Sabtu (9/9).

Ketua Panitia, Ketut Wasa mengatakan, karya ini digelar setelah berbagai proses pembangunan rampung, dengan total biaya hampir mencapai Rp2 miliar. Warga bergotong-royong urunan sebesar Rp1 juta per kepala keluarga dari total 367 KK, di mana hasil urunan diterima, sebab 70% mayoritas warga adalah petani. Namun, kontribusi dan semangat warga sangat tinggi untuk terus bersatu memastikan pelaksanaan berjalan lancar.

Baca juga:  "Tawur Agung Kesanga" Tabanan Dipuput Empat Sulinggih

Menurutnya, dalam suasana yang sarat makna ini, warga Desa Adat Geluntung juga menekankan betapa pentingnya memperpetuasi tradisi ini kepada generasi berikutnya. Mereka berkomitmen untuk terus mengedepankan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bagian integral dari identitas masyarakat. “Upacara bertujuan menyucikan leluhur sekaligus memberikan pengormatan, di mana kegiatan ini terwujud akan semangat gotong-royong dan bahu-membahu kraman tiang ring sajeroning ngaturang ayah pamargin yadnya puniki,” sebutnya.

Sementara itu, Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya yang nyaksi karya di Desa Adat Geluntung sangat mengapresiasi semangat dan dedikasi warga dalam membangun karya. Terlebih para leluhur di desa ini dulunya merupakan para pahlawan dan pejuang yang turut memerdekakan Indonesia dalam Perang Puputan Margarana, G/30S PKI. Karya Dewa Yadnya yang berlangsung hari ini, menjadi wujud nyata penghormatan terhadap para leluhur dan warisan budaya yang patut dilestarikan.

Baca juga:  Nyepi Berbarengan dengan Saraswati, Momen Introspeksi Membentuk SDM Berkualitas

“Kita harus bisa membangun sebuah keseimbangan, keharmonisan alam, jagat ini, baik krama manusia, alam lingkungan dan adat budayanya, saya lihat dari desa ini sudah lengkap. Jadi sudah manut, sesuai visi dan misi juga bagian dari pelestarian adat agama dan budaya” jelas Sanjaya.

Karya yang dibangun ini adalah contoh nyata bahwa semangat gotong-royong dan cinta terhadap adat dan budaya masih sangat kuat di tengah masyarakat kita. Terlebih saat Bupati Sanjaya menyaksikan antusiasme dan komitmen dari seluruh Warga Desa Adat Geluntung. Pihaknya meyakini dalam menyukseskan karya ini, pastinya dilandasi dengan sikap tulus ikhlas, sehingga bisa menjadi karya yang satwika, utamaning utama.

Baca juga:  Desa Adat Satra Gelar Bulan Bahasa Bali VI

Menurutnya, sudah tugas pemerintah untuk terus mengiringi pembangunan di masyarakat, apalagi sebagian karya yang dibangun untuk memberikan penghormatan bagi para leluhur yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. “Patut kita berterima kasih dengan apa yang dilakukan tokoh-tokoh kita, pejuang masa lalu, patut diberikan apresiasi dan penghargaan tidak cukup secara sekala, tapi secara niskala juga, salah satunya melalui ritual” ujarnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *