
MANGUPURA, BALIPOST.com – Pemerintah Provinsi Bali telah memetakan pariwisata Bali agar berkualitas dan bermartabat. Tidak terkecuali penunjang-penunjang pariwisata, seperti spa.
Maka dari itu, Ketua PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Jumat (8/9), meminta agar industri penunjang pariwisata yaitu spa dapat menjaga martabat dan kualitas. “Spa yang awalnya berat dikembangkan di Bali, saat ini telah menjadi perusahaan yang sejajar dengan usaha pariwisata lainnya. Maka dari itu saya berpesan agar jaga martabat dan jaga nama baik spa dan Bali,” ujarnya saat acara pengukuhan pengurus BSWA Bali di Kuta.
Dibandingkan negara lain, menurutnya terapis Bali memiliki posisi yang istimewa dalam industri spa. Selain itu terapis Bali juga disenangi, baik oleh pengusaha maupun pelanggan karena menurutnya mereka bekerja tidak lepas dari konsep orang Bali, Sat Kerthi Loka Bali.
Ke depan, ia berharap industri spa di satu sisi menjaga akar budaya yang telah ada, di sisi lain dapat mengikuti perkembangan baru agar kualitas layanan, bahan baku, packaging tetap menarik.
Ketua BSWA Bali I Gde Nyoman Indra Prabawa mengatakan asosiasi dapat memberi fondasi pertumbahan spa wellness di Bali. Untuk mendukung fondasi tetap kuat diperlukan pendidikan dan membuat standarisasi terhadap spa terapis yang menjadi member, terutama di bawah BSWA. “Kita tingkatkan pendidikan bagaimana menjaga kulit tubuh dan wajah. Kita juga menyediakan forum saling diskusi untuk memberi pendapat, ide bagi kemajuan member,” ujarnya.
Spa termasuk dalam wellness tourism sehingga wisatawan yang datang ke Bali dapat menikmati treatment spa untuk mendapatkan kebugaran, tidak hanya untuk orang sehat tapi juga orang sakit agar sehat pun bisa.
Dengan berakhirnya pandemi, menurutnya pangsa pasar spa menjadi lebih luas. Masyarakat belajar dari pandemi bahwa sangat penting menjaga kebugaran agar tidak mudah sakit.
Luasnya pangsa pasar itu, hingga saat ini telah ada 179 usaha spa yang bergabung menjadi member dengan jumlah terapis antara 700 – 800, yang dominan mereka kerja di Bali. Dari 179 perusahaan tersebut, 40 persennya merupakan usaha spa di luar hotel dan 60 persen spa yang berada di dalam hotel.
Saat pandemi, spa di luar hotel atau spa independen, menurutnya lebih dapat bertahan karena dari sisi harga lebih terjangkau. (Citta Maya/balipost)