Ketua TP PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster. (BP/Ist)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Ketua TP PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster secara intensif menyosialisasikan capaian program Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali yang terangkum dalam “44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru”. Mengangkat tema “Bali Sebagai Pulau Digital”, Ny. Putri Koster hadir menjadi narasumber pada Dialog Interaktif yang disiarkan langsung dari Studio RRI Singaraja, Selasa (11/7).

Acara dialog juga menghadirkan dua narasumber lain, yaitu Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana dan Kelompok Ahli Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemprov Bali, I Made Artana.

Ny. Putri Koster menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat agar mengetahui dan memahami program yang tengah dilaksanakan oleh Pemprov Bali sebagai penjabaran dari Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. “TP PKK sebagai partner pemerintah mengambil bagian dalam menggerakkan partisipasi aktif masyarakat. Agar tergerak, mereka harus paham terlebih dahulu. Ya, salah satu caranya adalah sosialisasi melalui media,” ucapnya.

Kali ini, TP PKK Bali secara khusus membahas program Pemprov Bali dalam upaya mewujudkan Bali sebagai Pulau Digital. Dalam mewujudkan hal tersebut, maka Bunda Putri Koster mengajak masyarakat ikut berpartisipasi di dunia digital yang sudah tersedia, dengan memanfaatkan secara positif. “Pemprov Bali atas arahan Bapak Gubernur Wayan Koster dan Bapak Wagub Cok Ace sudah buka ruang seluas-luasnya untuk perkembangan digitalisasi di Bali. Jangan sampai itu digunakan oleh pihak lain dan Bali cuma jadi penonton. Itu tantangan kita ke depan,” jelasnya.

TP PKK sebagai mitra pemerintah menurutnya berkepentingan mengajak unit terkecil dalam masyarakat yaitu rumah tangga agar mendidik generasi penerus terutama untuk melek digital. Apalagi hal ini sesuai dengan 10 Program Pokok PKK yang salah satunya bertujuan mencerdaskan generasi bangsa.

Baca juga:  Kasus Tahura Munculkan Isu Permintaan Dana Hingga Miliaran

Menurut Bunda Putri Koster, berbagai infrastruktur, sarana prasarana hingga ajang digital sudah disiapkan dan dijalankan oleh Pemprov Bali, bahkan telah dilindungi oleh payung hukum. Fasilitas digital tersebut tidak hanya menyasar anak muda, namun juga pelaku sektor lain seperti pariwisata, pertanian dan ekonomi kreatif. “Ini PR kita bersama. Edukasi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam dunia digital namun jangan sampai kebablasan, jadi peran keluarga sangat penting dalam mengawasi putra putrinya,” tuturnya.

Keseriusan pemerintah dalam bidang digital juga direalisasikan lewat perhelatan Bali Digital Festival (Digifest). Bali Digital Festival bukan hanya menjadi ajang penyampaian gagasan dan ide, namun yang lebih penting harus dilihat sebagai bagian dari langkah-langkah taktis Pemerintah Provinsi Bali dalam upaya membangun ekosistem Digital Kerthi Bali untuk mewujudkan transformasi digital yang bersifat integratif dan kolaboratif.

Digitalisasi bisa digabungkan dengan seni dan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat Bali. Oleh karena itu, masyarakat Bali harus tetap mempertahankan jiwa seninya, jangan sampai hilang. “Nah, dengan perkembangan teknologi digital di Bali, kedua unsur itu bisa dipadukan. Misalnya seniman yang membuat animasi-animasi tidak hanya menggambar di media kertas, tapi juga bisa di tab (perangkat) sehingga bisa menghasilkan suatu karya seni modern yang masih berakar pada budaya dan seni Bali. Itulah yang namanya berlayar dalam era globalisasi,” imbuh Bunda Putri.

Baca juga:  Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Arus Utama Keberhasilan Pembangunan Bali

Lebih lanjut, wanita yang dikenal sebagai seniman serba bisa ini juga menjelaskan terkait pembangunan Turyapada Tower, yang mana dilatarbelakangi hambatan telekomunikasi yang dihadapi krama Buleleng. Posisi Buleleng yang berada di balik bukit menyebabkan wilayahnya susah menangkap siaran televisi. “Karena itulah Bapak Gubernur berkomitmen untuk mencarikan solusi agar krama Buleleng tak lagi terkendala dalam pemenuhan informasi,” ujarnya.

Masih dalam paparannya, Ny. Putri Koster mengingatkan agar krama Buleleng mempersiapkan diri dengan mengasah kemampuan agar nantinya bisa memetik manfaat lebih dari keberadaan Turyapada Tower. Sebab nantinya, tower itu akan dilengkapi dengan sarana penunjang seperti restoran dan sarana akomodasi yang tentunya diharapkan banyak menyerap tenaga kerja. “Selain bermanfaat untuk membuka isolasi telekomunikasi, keberadaan tower ini juga akan membuka banyak lapangan pekerjaan. Untuk itu, siapkan diri sebaik mungkin agar tak hanya jadi penonton,” ucapnya.

Di akhir dialog, Bunda Putri Koster berharap ke depannya semua komponen tak terkecuali keluarga berperan aktif mendukung program-program pemerintah salah satunya digitalisasi, sehingga semua program tersebut tercapai.

Pj. Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana menyampaikan terima kasih kepada Gubernur Koster yang memberi perhatian begitu besar pada pembangunan wilayahnya. Sebab, apa yang dari dulu menjadi dambaan masyarakat Buleleng, satu persatu terwujud di bawah kepemimpinan Gubernur Koster. Sehingga, tidak hanya janji-janji semata. Bahkan, ia menyebut implementasi program infrastruktur di wilayah Buleleng telah melampaui ekspektasi.

Pj. Bupati Lihadnyana, mengatakan salah satu implementasi dari smart island, adalah pemasangan wifi gratis di semua desa-desa di Bali. Di Buleleng sendiri terdapat 360 titik pemasangan wifi baik di balai banjar, daerah tujuan wisata, puskesmas maupun fasilitas umum lainnya. Sehingga digitalisasi di Buleleng sudah sangat berkembang, disamping itu, Buleleng juga sedang membangun taman pendidikan digital, sehingga penyematan Buleleng sebagai Kota Pendidikan semakin terarah dan semakin menghasilkan SDM yang berkualitas.

Baca juga:  Kebijakan Gubernur Koster untuk Perlindungan Alam, Manusia dan Kebudayaan Bali

Sementara itu, Kelompok Ahli Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi, I Made Artana mengatakan bahwa ekonomi digital diibaratkan gelombang besar yang tidak bisa dilawan arusnya, jiwa dilawan maka kita akan mati, melainkan kita harus berselancar diatas gelombang tersebut. Jadi digitalisasi merupakan alat yang harus dipakai dengan benar, yang mana jika tidak bijak memakai makan akan melukai diri sendiri. Untuk itu, dalam membentengi arus globalisasi yang sangat deras, maka Bapak Gubernur Bali dengan sangat cermat membuat berbagai aturan untuk melindungi Bali, adat budaya dan masyarakat Bali dari gempuran globalisasi.

Salah satu yang dilakukan Gubernur Koster adalah dengan mengembangkan ekonomi digital. Salah satunya Bali Digital Festival yang mengawinkan budaya dan seni. Hal ini dilatarbelakangi, bahwa Bali memiliki potensi sumber daya manusia yang hebat dalam bidang teknologi dan hal tersebut harus diasah, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi pembangunan Bali ke depan.

Dalam kesempatan yang sama, Bunda Putri Koster juga mendatangi radio Nuansa Giri FM, yang juga melakukan dialog terkait 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN