Pura Mengening Desa Adat Ambengan, Kecamatan Sukasada. (BP/kmb)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Pura Mengening Desa Adat Ambengan, Kecamatan Sukasada, memang memiliki daya tarik tersendiri bagi sejumlah warga Kabupaten Buleleng. Pura tua ini diyakini sebagai tempat pelukatan dan pengobatan berbagai macam penyakit, yang sifatnya medis dan nonmedis.

Keberadaan Pura Mengening yang terletak di Banjar Adat Pebantenan, Desa Ambengan ini diempon oleh krama desa adat setempat. Masyarakat setempat juga menyebutnya sebagai Pura Yeh Anakan, mengingat sumber air yang dihasilkan tidak pernah surut meskipun pada musim kemarau.

Kelian Desa Adat Ambengan, Jro Mangku Gede Wayan Puger menjelaskan keberadaan pura ini sudah sejak dulu. Tidak ada bukti resmi tahun berapa pura kahyangan desa ini dibangun.

Luasan pura yang berdiri diatas lahan milik Desa Adat Ambengan ini sekitar 7 are. Selain untuk penglukatan dan pengobatan, banyaknya sumber air yang ada juga dipergunakan oleh masyarakat dan subak setempat.

“Keberadaan sumber air di pura ini,sama sekali tidak pernah surut. Masyarakat banyak yang mempergunakan air ini untuk kebutuhan rumah tangga. Bahkan air ini juga dipergunakan oleh subak kami, untuk mengairi ladangnya,” tuturnya.

Baca juga:  Lansia Sudah Sebulan Dirawat, 17 Kali Jalani Swab Masih Positif COVID-19

Puger menambahkan, tidak ada piodalan resmi di Pura Mengening ini. Hanya saja ketika akan ada Piodalan Agung di Pura Kahyangan Tiga, dilaksanakan upacara Mepiuning di Pura ini. Pura ini menurutnya diyakini sebagai stana Dewi Gangga. “Di sini tidak ada piodalan resmi. Namun ketika akan ada Piodalan Agung di Pura Kahyangan tiga, warga kami melaksanakan pembersihan atau melasti di pura ini,” tambahnya.

Lanjut Puger, Keunikan pura ini memiliki cerita mistis yang luas biasa. Menurut penuturan warga kerap menemukan sosok harimau hitam di kawasan pura.

Bahkan pada 1978 juga pernah terjadi peristiwa yang di luar akal sehat manusia. Puger menceritakan di tahun itu, ada pohon besar jenis ganggang yang sudah tumbang akibat akarnya lapuk, tiba-tiba bangkit lagi. Kabar berdirinya pohon yang sudah tumbang langsung menyebar di berbagai daerah sehingga banyak warga yang menyaksikan kejadian itu.

Baca juga:  Petani di Yeh Mampeh Rintis Agrowisata Cacing

“Atas dasar itu, warga kami meyakini di pura ini termasuk lokasi pingit. Banyak warga yang menemukan sosok harimau hitam di seputaran pura.

Kemunculan harimau ini pula dianggap membawa berita baik akan sumber air yang dihasilkan. “Di samping pohon yang sudah tumbang berdiri lagi,” tuturnya.

Kondisi pura yang sangat sederhana ini akan diperbaiki. Desa adat setempat pun merancang untuk segera melakukan perbaikan. “Kita akan merancang pura ini menjadi wisata spiritual. Jika direstui sejumlah pancuran atau kolam yang ada akan kami perbaiki. Sudah cukup lama pula pura ini tidak tersentuh perbaikan,” katanya.

Sementara itu, Jro Mangku Kubayan Komang Subagia menceritakan, sejak 2007 dirinya menjadi Mangku di Pura Mengening ini memang banyak  yang melakukan penglukatan dan memohon kesembuhan. Mangku Kubayan menceritakan khusus sumber air yang di sebelah utara pura diperuntukan untuk melukat.

Sedangkan untuk sumber air yang di kawasan selatan pura itu khusus yang memohon kesembuhan dan pengobatan. “Beberapa waktu lalu, ada warga yang mengalami kelumpuhan yang bersangkutan datang dan memohon “tamba” atau obat. Terbukti setelah dilakukan upacara yang sakit itu sembuh. Bahkan ada pula yang mengidap tumor, Padahal besoknya mau di operasi di rumah sakit. Setelah melukat juga sembuh,” katanya.

Baca juga:  Pusat Vaksinasi COVID-19 di Bali Dilengkapi "Drive-Thru" Ditinjau Menparekraf

Lanjutnya, belakangan ini memang banyak warga yang memohon kesembuhan dan melukat di pura ini. Tidak hanya warga di seputaran Desa Ambengan melainkan ada pula pamedek dari Kota Denpasar yang nangkil ke sini. “Biasanya orang yang sembuh ini akan membayar kaul atau sesangi setelah mendapat kesembuhan. Ada yang bayar kaul berupa maturan suara angklung bahkan ada yang Naur sesangi berupa guling,” tuturnya.

Khusus untuk warga yang ingin melukat bahkan nunas tamba di Pura Mengening ini cukup dengan membawa banten pejatian dan membawa bunga macam 11 termasuk bunga tunjung untuk melakukan proses pelukatan. (Nyoman Yudha/balipost)

BAGIKAN