Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari saat memberikan pernyataan dalam konferensi pers di Kantor KOI/NOC Indonesia di Jakarta, Kamis (6/4). (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari mengharapkan ada komunikasi dan diskusi yang solid terkait pelaksanaan ANOC World Beach Games (AWBG) 2023 yang akan digelar di Bali. Hal ini menyusul pernyataan Gubernur Bali I Wayan Koster yang tetap menolak kedatangan kontingen Israel yang akan hadir di ajang tersebut pada 5-12 Agustus.

“Saya menyayangkan kenapa situasi ini terus berlarut-larut dan gaduh di media, seharusnya kita duduk bersama-sama. Sejauh ini belum ada penolakan resmi dari Bali ke kami. Saya tidak mau berandai-andai, tapi jika memang benar demikian maka harus ada rencana cadangan dan NOC Indonesia akan segera berkoordinasi dengan pemerintah untuk mengambil solusi-solusi terbaik,” jelas Okto pada jumpa pers di Jakarta, Kamis (6/4).

Baca juga:  Semakin Tergerus dan Rawan Roboh, Pos Balawista Kuta Dikosongkan Sementara

Okto menambahkan, telah bersurat ke Gubernur Bali dan menyampaikan bahwa kualifikasi AWBG baru rampung pada Juni. “AWBG ini multi-event ketiga terbesar di dunia setelah Olimpiade. Sejak awal, kami sudah sampaikan bahwa atlet yang tampil juga atlet terbaik dan ini the biggest multi-event yang akan diadakan di Indonesia by number of participant karena akan dihadiri 205 NOC di seluruh dunia, IF, dan juga petinggi organisasi olahraga dunia yaitu IOC, ANOC, OCA, WADA, CAS, dan lain-lain,” ujarnya dilansir dari Kantor Berita Antara.

Baca juga:  Ini, Penjelasan Menko Polhukam Soal Pemerintah Tak Bisa Larang KLB Demokrat

Selanjutnya, Okto menegaskan keyakinannya atas semangat olahraga dan Olympism yang menjunjung tinggi sportivitas serta tidak adanya diskriminasi dan politisasi di dalamnya. Ia juga percaya olahraga mampu menjadi alat untuk menciptakan perdamaian antarbangsa. “Olahraga adalah alat pemersatu bukan pemecah belah. Jangan gabungkan olahraga dengan politik karena kami mengedepankan netralitas politik di olahraga, tidak boleh ada diskriminasi dalam olahraga,” tegasnya.

Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa nama Indonesia sudah cukup harum di mata internasional, mengingat Indonesia pernah menjadi tuan rumah berbagai kegiatan bergengsi dunia, mulai dari Asian Games hingga Presidensi G20.

Baca juga:  Gempa 6,9 SR Guncang Bali Makan Korban, Bocah Perempuan di Tabanan Meninggal

“Nama baik Indonesia sudah harum di internasional. Kita menjadi bagian G7, bangsa yang kemarin sukses menyelenggarakan Presidensi KTT G20, Asian Games, dan Asian Para Games, kita mau AWBG, dan ada cita-cita menjadi tuan rumah Olimpiade 2036,” ujar Okto.

“Ini konsistensi nama baik Indonesia. Jangan sampai preseden Piala Dunia U-20 kemarin menjadi efek domino untuk olahraga Indonesia yang memberikan mudarat besar bagi Indonesia ke depan,” tambahnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN